Jakarta (Antara News) - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menggelar acara Herbal Indonesia Expo 2018 serta mencanangkan Gerakan UMKM Jamu Berdaya Saing, sebagai bagian dari upaya mereka untuk memajukan industri jamu di tanah air, khususnya pada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia.

Kepala BPOM RI, Penny K. Lukito mengatakan bahwa saat ini industri jamu di Indonesia terus mengalami pertumbuhan, dimana sebagian besar diantaranya adalah UMKM. Dan di saat yang sama tuntutan zaman terus berubah, serta tuntutan konsumen akan kualitas jamu semakin tinggi, karena itu diperlukan pengembangan.

"Agar bisa berdaya saing, tentu membutuhkan aspek pengembangan teknologi, pengembangan pengetahuan dalam proses, dan juga memenuhi jaminan dilihat dari aspek keamanan, mutu dan manfaat dari jamu," kata Penny dalam acara tersebut di Gedung SMESCO, Jakarta, Rabu.

Pada 2018, lanjut Penny, BPOM telah melakukan piloting project pertama pengembangan UMKM jamu, terhadap 34 UMKM di 2 sentra jamu terbesar, yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dan dalam acara itu, BPOM menyerahkan Sertifikat CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik) Bertahap, serta 25 Nomor Izin Edar bagi 34 UMKM Jamu yang telah berhasil dalam program pendampingan.

Selain itu, BPOM juga menyerahkan 24 Sertifikat CPOTB bagi 6 Industri Obat Tradisional yang telah menerapkan CPOTB secara mandiri. Dengan semakin berkembangnya UMKM jamu, Penny berharap daya saing pun akan semakin meningkat, sehingga produk jamu yang tadinya hanya terkenal di dalam negeri bisa mulai dikenal secara global.

"Tentu kita semua tahu bahwa meminum jamu itu sudah menjadi budaya turun temurun. Ini potensi yang harus kita kembangkan bersama, dan menjadi tugas dan tanggung jawab kita semua agar jamu terus lestari dan berkembang, terutama di generasi muda," ujarnya.

Sementara itu Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani yang turut hadir dalam acara tersebut juga mengharapkan agar jamu bisa diperkenalkan kepada generasi milenial atau generasi muda, sehingga budaya minum jamu ini tetap lestari.

Sejumlah pendekatan pun menurutnya perlu dilakukan oleh berbagai pihak terhadap generasi muda. Antara lain yakni harus dapat meyakini bahwa produk jamu tersebut memang aman diminum, kemudian packaging atau kemasannya tidak merepotkan dan bisa dibawa kemanapun.

"Itu yang paling penting dalam melakukan inovasi kedepan. Saya harap produsen jamu yang UMKM pun harus bisa menciptakan inovasi seperti yang sudah dilakukan produsen lain. Dan kompetisi itu nantinya harus dapat berjalan secara baik dan fair," imbuh Puan.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2018