Meski tingkat keyakinan kenaikan suku bunga Fed menurun, namun tidak bisa serta merta diasumsikan the Fed tidak menaikan suku bunganya, itu yang membuat posisi pelaku pasar 'wait and see' transaksi di aset mata uang berisiko cenderung menurun
Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi melemah 55 poin menjadi Rp14.554 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.499 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, mengatakan pelaku pasar uang cenderung mengambil posisi "wait and see" menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 18-19 Desember.

"Meski tingkat keyakinan kenaikan suku bunga Fed menurun, namun tidak bisa serta merta diasumsikan the Fed tidak menaikan suku bunganya, itu yang membuat posisi pelaku pasar 'wait and see' transaksi di aset mata uang berisiko cenderung menurun," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, pasar juga masih dibayangi oleh kekhawairan akan perang dagang meski saat ini tensinya relatif mulai mereda.

"Perang dagang diperkirakan masih akan berlanjut hingga 2019 mendatang," katanya.

Selain itu, lanjut dia, dolar AS juga ditopang data tenaga kerja di Amerika Serikat yang meningkat, sehingga peluang pertumbuhan ekonomi AS cukup terbuka.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menambahkan, pagi ini mata uang Asia seperti dolar Hong Kong dan dolar Singapura bergerak melemah terhadap dolar AS, kondisi itu tuurut menjadi sentimen negatif bagi rupiah.

"Kendati deikian, pergerakan rupiah masih dalam penjagaan Bank Indonesia sehingga fluktuasinya relatif stabil," katanya.
 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2018