Jakarta (ANTARA News) - Bagi warga Jakarta Tanah Abang, yang berlokasi di Jakarta Pusat, telah menjadi ikon yang tak terbantahkan mengingat tempat itu menjadi lokasi jual beli produk tekstil terbesar di Asia Tenggara yang identik dengan kemacetan.

Tak dapat ditampik, bludakan penjual dan pedagang di Tanah Abang menjadi momok bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara Republik Indonesia karena menimbulkan kemacetan yang dialami oleh masyarakat Jakarta tiap hari.

Terobosan baru yang dibuat oleh Pemprov DKI pada awal Agustus 2018 adalah dengan melakukan pembangunan Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Tanah Abang atau lebih biasa disebut dengan "skybridge".

Tujuan awal pembangunan JPM ini adalah memindahkan pedagang kaki lima yang biasa memenuhi badan jalan ke jembatan supaya kemacetan berkurang.


                          

Secara teknis, pengerjaan proyek pembangunan JPM Tanah Abang, di bagi empat zonasi dimulai zona A, zona B, zona C dan zona D dengan panjang 100 meter. 

Direktur Utama PD Pembangunan Sarana Jaya, Yoory C Pinontoan selaku kontraktor yang menangani proyek JPM menuturkan keberadaan JPM membuat kawasan Tanah Abang akan semakin tertata sehingga tidak ada lagi titik kemacetan dari PKL.

Pembangunan pun dilanjutkan tanpa ada kendala berarti, setelah sosialisasi PD Pembangunan Sarana Jaya terus melanjutkan pembangunan dengan pemasangan rangkaian kerangka baja.

Material kerangka pembangunan JPM Tanah Abang sudah 80 persen dikerjakan di dua pabrik di Tangerang yaitu, PT. Nikko Steel, yang terletak di Jalan Panongan Nomor 3 dan PT. Spanbentondek Admara, yang terletak di Jalan Raya Serang. Dengan menggunakan sistem "knock down".

Berdasarkan kelancaran kontraktor dalam membangun JPM, banyak pihak optimistis bahwa JPM akan beroperasi tepat waktu sesuai target awal yakni pada tanggal 15 Oktober 2018.

Sayangnya, target yang dikira dapat tercapai itu tidak seindah ekspektasi. Peresmian jembatan penghubung transportasi umum dalam Jak Lingko itu terus terulur.

Padahal bila "skybridge" selesai tepat waktu, maka semakin cepat kemacetan di Tanah Abang bisa segera ditanggulangi dan dievaluasi.


                             


Ketua Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus mengatakan, "Skybridge Tanah Abang dikatakan bermanfaat, apabila langsung terintegrasi dengan angkutan umum lainnya."

Saran tersebut seolah didengar oleh Pemprov DKI dengan mengintegrasikan jembatan dengan Stasiun Tanah Abang dan membangun halte bus Transjakarta serta penyediaan mikro bus di kawasan perdagangan tersebut.

Peresmian skybridge pun sempat mengalami penundaan karena kendala di kesepakatan antara Pemerintah DKI Jakarta dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) terkait fasilitas sosial penunjang demi kenyamanan pengguna skybridge, mengingat jumlah penumpang di Stasiun Tanah Abang yang mencapai 130 ribu penumpang per hari.

“Gate tapping” untuk Stasiun Tanah Abang yang terintegrasi dengan JPM harus dibangun sebanyak 13 buah demi kelancaran arus pengguna jasa kereta yang padat tiap harinya.

Beruntungnya PD Pembangunan Sarana Jaya segera menyediakan dua toilet portabel dan pemenuhan 13 gate tapping tersebut.


Uji Coba Operasional JPM Lancar

Peninjauan serta evaluasi terus dilakukan dan kini JPM Tanah Abang telah dibuka dalam masa uji coba sejak tanggal 7 Desember 2018 dengan menempatkan 446 PKL di masing-masing kios berukuran sekitar 1,5 meter x 2 meter dan 159 PKL ditempatkan di Blok F karena keterbatasan tempat di skybridge.

Pembayaran retribusi dimulai Januari 2019 sebesar Rp500 ribu dinilai lebih murah bagi pedagang mengingat biasanya mereka menyetor Rp 2 juta ke preman saat menggelar lapak di badan jalan.

Seorang pedagang baju wanita, Riko mengucapkan syukur atas inisiatif Pemerintah DKI untuk menata ruang berjualan pedagang.

Diakuinya kios di JPM jauh lebih kecil, namun lebih aman dari kejaran setoran preman maupun Satpol PP bila ada razia.

Penempatan kios berdasarkan undian, beberapa pedagang mendapatkan tempat cukup strategis karena berada dekat pintu stasiun.

"Rezeki sudah ada yang mengatur," tukas pedagang asal Sumatera Barat tersebut.

Penertiban pedagang maupun kendaraan yang masih memenuhi bawah JPM terus dilakukan petugas agar lalu lintas senantiasa lancar di jam sibuk maupun lengang.

Masyarakat Jakarta tinggal menunggu peresmian JPM Tanah Abang yang dielu-elukan menjadi solusi pengendalian kemacetan di kawasan perbelanjaan pakaian itu.

Pewarta: Tessa Qurrata Aini
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018