Jakarta (ANTARA News) - Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM menyatakan remisi atau pengurangan masa pidana yang diusulkan untuk  Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok pada Natal 2018 adalah haknya sebagai warga binaan.

"Sesuai dengan Pasal 14 UU Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan poin (i) bahwa setiap narapidana berhak mendapat remisi," kata Kepala Bagian Humas Ditjen PAS Kemenkumham Ade Kusmanto di Jakarta, Kamis.

Ade mengatakan remisi diberikan kepada Ahok sampai waktu yang telah ditetapkan dan menunggu surat keputusan
Menteri Hukum dan HAM.

"Dengan syarat Ahok konsisten menaati segala peraturan selama masa pidananya," katanya.

Dia mengungkapkan Ahok telah divonis Pengadilan Negeri Jakarta Utara dua tahun pidana penjara dengan dakwaan Pasal
156 huruf a KUHP (penodaan agama). 

Ade merinci bahwa Ahok ditahan per 9 Mei 2017 dan telah mendapat remisi Natal 2017 selama 15 hari dan remisi umum 17 Agustus 2018 selama dua bulan.

Pada 25 Desember 2018 ini diusulkan untuk mendapat remisi Natal 2018 selama satu bulan.

"Jadi, total remisi didapat tiga bulan 15 hari. Jika diperhitungkan sejak tanggal penahanan 9 Mei 2017 maka diperkirakan akan bebas pada Januari 2019," jelas Ade.

Pertimbangan pemberian remisi Natal ini karena Ahok berkelakuan baik dan telah menjalani masa pidana lebih dari enam bulan.

Selain itu, kata Ade, mantan  Gubernur DKI Jakarta ini tidak sedang menjalani hukuman disiplin dalam enam bulan terakhir.

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Sigit Pinardi
Copyright © ANTARA 2018