Jakarta (ANTARA News) - Indonesia kehilangan salah satu musisi terbaiknya jelang pengujung 2018, Dian Pramana Poetra. Musisi 57 tahun itu lahir di Medan, Sumatera Utara pada 2 April 1961.

Dian yang kerap mengisi pagelaran Festival Java Jazz itu awalnya dijadwalkan tampil di konser Tembang Persada Sang Tritunggal awal tahun depan. 

Konser yang melibatkan musisi antar generasi tersebut bakal perayaan atas karya musisi legendaris Erros Djarot, Chrisye dan Yockie Suryaprayogo.

Sebelum menghembuskan nafas terakhir, rekan-rekan musisi sempat berniat menggelar konser amal untuk membantu Dian yang sedang terbaring di ICCU Rumah Sakit Hermina, Jakarta. 

Baca juga: Deddy Dhukun ungkap kondisi kesehatan Dian Pramana Poetra

Baca juga: Jenazah Dian Pramana Poetra dimakamkan usai shalat Jumat


Konser amal yang hendak diikuti Adie MS, Deddy Dhukun, Ita Purnamasari, Memes, Mus Mujiono, Trie Utami, Vina Panduwinata, Yopie Latul dan pengamat musik Bens Leo itu awalnya akan digelar pada 29 Desember 2018.

Dian Pramana Poetra adalah salah satu musisi yang mewarnai dunia musik Indonesia pada era 1980-an.

Dia adalah pemusik yang muncul dari fenomena pop kreatif pada masa itu, seperti dikutip dari buku "100 Tahun Musik Indonesia" karya Denny Sakrie, bersama dengan Utha Likumahuwa, Candra Darusman, Chaseiro, Trie Utami, Titi DJ, Ruth Sahanaya dan Harvey Malaiholo.

Pada 1980, dia meraih juara ketiga Lomba Cipta Lagu Remaja dengan lagu "Pengabdian".

Lomba yang dibuat oleh radio Prambors sejak 1977 itu menjaring lagu-lagu dengan karakter unik dibanding musik yang trendi pada masanya. 

Lomba tersebut memang melahirkan para pencipta lagu yang berkontribusi pada musik pop Indonesia, seperti Fariz RM, Ikang Fawzi dan tentunya Dian Pramana Poetra.

Sepanjang karirnya, Dian sudah banyak menciptakan lagu-lagu ternama yang familier di telinga seperti "Aku Ini Punya Siapa" hingga "Masa Kecilku" yang dipopulerkan Elfa's Singers".

Dian juga banyak berkolaborasi dengan musisi lain. Dia berada dalam K3s (Kelompok 3 Suara) bersama Bagus A. Ariyanto dan Deddy Dhukun, mereka mengeluarkan album "17 1/2 Tahun Keatas" yang diproduksi pada 1985.

Baca juga: Ita Purnamasari mengenang sosok Dian Pramana Poetra

Bersama Deddy Dhukun, dia tergabung dalam grup 2D yang diambil dari inisial nama anggotanya. 

Mereka menelurkan album "Keraguan" pada 1987, disusul dengan "Masih Ada", "Sebelum Aku Pergi" hingga "Peluklah Diriku" yang baru dirilis dua tahun silam.

"Tidak ada Dian PP kalau tidak ada beliau. Tidak ada dia (Deddy Dukun) kalau tidak ada Dian PP," ujar Dian sebelum tampil berduet dengan Deddy di Festival Java Jazz 2014.

Teman duetnya ini juga jadi orang yang mengungkapkan kabar ketika kondisi sang musisi menurun akibat kanker darah stadium 4, sebelum akhirnya tutup usia pada 27 Desember 2018.

Pada 2014, Dian dan Fariz RM meluncurkan album kompilasi yang mereka sebut bermakna jiwa muda. Sebab, album "Fariz RM & Dian Pramana Poetra in Collaboration With..." memang berisi kolaborasi antara musisi antar generasi.

"Album ini kalau dideskripsikan dengan satu atau dua kata adalah spirit muda," kata Dian saat itu. "Jadi kita musisi-musisi tua yang membuat, yang nyanyi dan aransemen musisi muda."

Lagu-lagu yang dibuat oleh Dian dan Fariz dibawakan oleh sederet penampil muda, seperti Sammy Simorangkir, Fatin Shidqia, Glenn Fredly hingga Isyana Sarasvati.
 
Selamat jalan, Dian...

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018