Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat terjadinya 14 kali per menit dentuman (saat tipe letusan strombolian) pada tanggal 24 hingga 27 Desember, saat ini sudah tidak ada
Jakarta, (ANTARA News) - Rekaman seismik Pos Pengamat Gunung Api Pasauran Banten mencatat hingga Sabtu  pagi, tidak ada lagi dentuman akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau, seperti halnya beberapa waktu lalu. 

"Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat terjadinya 14 kali per menit dentuman (saat tipe letusan strombolian) pada tanggal 24 hingga 27 Desember, saat ini sudah tidak ada," kata Sekretaris Badan Geologi, Antonius Rardomopurbo (Purbo) di Kantor Kementerian ESDM Jakarta, Sabtu. 

Pada hari Jumat (28/12), pukul 14.18 WIB, dengan cuaca yang lebik baik, diketahui bahwa Gunung Anak Krakatau tingginya berkurang dari yang sebelumnya diperkiraan 338 meter di atas permukaan laut (mdpl) menjadi hanya sekitar 110 m dpl.

Purbo menuturkan, dengan karakteristik seperti itu, letusan yang terjadi diperkirakan akan bertipe "surtseyan". Hal ini didukung fakta bahwa kawah Gunung Anak Krakatau posisinya semakin dekat dengan permukaan laut, sehingga magma yang keluar bersetuhan dengan air laut dan menghasilkan asap.

"Letusan surtseyan ini posisinya di permukaan, potensinya sangat kecil memicu tsunami, kecuali ada reaktivasi struktur sesar Selat Sunda," kata Purbo.

Ia mengungkapkan, dari Pos PGA Pasauran, posisi puncak Gunung Anak Krakatau saat ini lebih rendah di banding Pulau Sertung yang menjadi latar belakangnya.

Sebagai catatan, Pulau Sertung tingginya 182 meter sedangkan Pulau Panjang 132 meter. Volume Anak Krakatau yang hilang diperkirakan sekitar antara 150-180 juta m3. Sementara hingga pagi ini, sisa volume tubuh Gunung Anak Krakatau diperkirakan hanya sekitar 40-70 juta m3, sehingga potensinya kecil untuk terjadinya longsoran besar.

Berkurangnya volume tubuh gunung Anak Krakatau ini diperkirakan karena adanya proses rayapan tubuh gunung api yang disertai oleh laju erupsi yang tinggi dari 24-27 Desember 2018. Proses pengamatan visual terus dilakukan untuk mendapatkan hasil perhitungan yang lebih presisi. Saat ini letusan bersifat impulsif, sesaat sesudah meletus tidak tampak lagi asap yang keluar dari kawah Gunung Anak Krakatau.

Dengan status Level III (Siaga) saat ini, warga diminta untuk menjauhi radius 5 km dari kawah atau tidak mendekati wilayah Kompleks Krakatau. "Itu maknanya disarankan tidak masuk di lingkungan Kompleks Krakatau, yang meliputi Pulau Rakata, Pulau Sertung dan Pulau Panjang," kata Purbo. 

Baca juga: Kesaksian warga: Anak Krakatau keluarkan ratusan kali letusan dalam sehari

Baca juga: BNPB katakan dampak letusan Anak Krakatau tidak sebesar Gunung Krakatau


Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018