Kami masyarakat di sini masih menunggu kepastian keadaan GAK itu sudah tidak apa-apa, sehingga bisa kembali ke rumah
Oleh Budisantoso B dan  Dian Hadiyatna

Bandarlampung, (ANTARA News) - Para pengungsi terdampak tsunami Selat Sunda, khususnya warga Dusun III Kenali, Desa Sukaraja, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, menunggu kepastian dari institusi terkait atas kondisi dan status Gunung Anak Krakatau (GAK), dan menjadikannya rujukan untuk kembali ke rumah

"Kami masyarakat di sini masih menunggu kepastian keadaan GAK itu sudah tidak apa-apa, sehingga bisa kembali ke rumah," kata Kepala Dusun III Kenali, Desa Sukaraja, Sanuri, saat dihubungi di Lampung Selatan, Selasa.

Dia menyatakan, kondisi masyarakat di sana sekarang masih mengungsi di perbukitan atau rumah kerabat. Sedangkan untuk pemasokan bantuan terbilang sudah mencukupi karena selalu berdatangan dari pemerintah dan sukarelawan.

Sanuri menjelaskanbahwa masyarakat Sukaraja, khususnya Dusun III Kenali, menunggu kepastian dari pihak pemerintah ataupun BMKG/PVMBG terkait aktivitas dan status bahaya GAK itu.

"Beberapa hari lalu ada informasi bahwa masih akan terjadi potensi tsunami susulan, sedangkan menurut pandangan kami saat ini GAK sudah aman dan normal kembali," katanya.

Menurutnya, kalau kondisinya tetap seperti itu  kasihan warga karena dibuat bingung. Apalagi, beberapa warga sudah ada yang pulang, namun karena informasi tersebut, sehingga naik lagi ke atas kawasan perbukitan untuk mengungsi.

Dia menyatakan, permukiman warga Sukaraja memang tidak terlalu parah terkena dampak tsunami Selat Sunda tersebut, namun ketakutan akan terjadi tsunami susulan membuat semua warga memilih lebih baik mengungsi.

"Kami kan mempunyai pekerjaan masing-masing, bila mengungsi terus tidak bisa masyarakat di sini mencari nafkah," ujar Sanuri.

Ia berharap pemerintah dan badan/lembaga terkait bisa memastikan kapan masyarakat dapat kembali ke rumah masing-masing dan menjalani kehidupan seperti biasanya.

Baca juga: BMKG minta warga korban tsunami kembali ke rumah

Baca juga: Penanganan bencana Gunung Anak Krakatau perlu manajemen terpadu

Pewarta: Budisantoso Budiman dan Dian Hadiyatna
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019