Malang (ANTARA News) - Volume sampah selama pesta Tahun Baru 2019 di Kota Malang, Jawa Timur, berkurang 7 ton dibandingkan pesta tahun baru 2018, dari 12 ton menjadi 5 ton.

Kabid Pelayanan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang Joao Maria Gomes Je Carvalho di Malang, Rabu, mengatakan 5 ton sampah itu diangkut dari tiga lokasi, yakni Ijen Boulevard, sekitar Alun-alun Tugu, dan sekitar Alun-alun Merdeka.

"Perayaan malam tahun baru di Kota Malang pada tahun ini tidak seperti tahun lalu, bahkan perayaannya hanya dilaksanakan di tiga titik terpadat, yakni Ijen Boulevard, kawasan Alun-alun Merdeka dan Alun-alun Tugu (area Balai Kota Malang)," ucapnya.

Sementara kawasan di depan Stasiun Malang, Jalan Veteran, dan Jalan Soekarno Hatta yang pada tahun-tahun sebelumnya juga menjadi titik kepadatan perayaan, pada tahun ini bersih dari tumpukan sampah dan tidak ada sampah berserakan di sepanjang jalan tersebut.

Joao menilai menurunnya volume sampah pada perayaan tahun baru kali ini karena kesadaran masyarakat mulai tumbuh. Selain itu, euforia masyarakat dalam merayakan malam tahun baru juga tidak seperti tahun sebelumnya yang gegap gempita dan kembang api menyala dimana-mana.

Kalau dibandingkan tahun lalu, lanjut Joao, turunnya cukup tajam. "Dalam menyambut tahun baru kali ini lebih banyak dilakukan dengan berdoa hingga istighatsah, termasuk di pusat pemerintahan yang ada di Malang raya," tutur Joao.

Sementara itu, volume sampah yang dihasilkan dari sampah domestik (rumah tangga) maupun industri rata-rata mencapai 664 ton per hari. Dari 664 ton sampah itu yang berhasil dipilah dan diolah di Bank Sampah Malang (BSM) mencapai 96 persen atau sekitar 639 ton dan sisanya masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) Supiturang.

Untuk memaksimalkan pengolahan dan pengelolaan sampah tersebut, sejak beberapa tahun silam Pemkot Malang menjajaki kerja sama dengan berbagai negara, namun sampai saat ini tak satu pun yang terealisasi, kecuali pembangunan laboratorium gas metan yang dihasilkan di TPA Supiturang.

Pembangunan laboratorium penangkap gas metan (flaring) tersebut didanai dari hibah BGP engineering Belanda dengan perantara Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada tahun 2012. Sementara itu, Flaring mampu membakar gas metan tujuh meter kubik per jam. Jumlah itu bisa ditingkatkan, ada alat pengatur yang dapat mengatur besarnya gas metan yang dibakar.*


Baca juga: Anies tinjau pembersihan kawasan Monas usai perayaan tahun baru

Baca juga: DLH: jumlah sampah tahun baru DKI Jakarta menurun

Baca juga: DLH: jumlah sampah tahun baru DKI Jakarta menurun


 

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019