Jakarta (ANTARA News) - Pengembang game PC "DreadOut", Digital Happiness, berencana membuat permainan tersebut hadir dalam versi mobile.

Namun, pengembang "DreadOut" Rahmat Imron mengatakan kehadiran game lintas platfom tersebut terganjal dengan regulasi karena alat untuk mengubah format, Software Development Kit, belum bisa masuk ke Indonesia.

"Sangat disayangkan, kalau di luar negeri mereka akan sangat mudah untuk request Software Development Kit. Somehow Indonesia masih di exclude, pemerintah masih usahakan regulasi, saya kurang paham," ujar Rahmat dalam temu media di Jakarta, Rabu.

"Indonesia masih di-blacklist, karena mungkin pembajakan atau apa -- saya enggak tahu. Tapi tantangan buat kami," sambung dia.

Selain regulasi, Rahmat mengatakan bahwa SDM menjadi tantangan lain.

Dia juga mengatakan sangat berhati-hati dalam hal investasi, dan memilih mengembangkan sendiri dalam format mobile.

"Kita sedang menunggu, karena SDM kita sangat kecil karena memang kita harus tunggu partner yang tepat, budget yang benar karena kita basically Digital Happiness sendiri," kata Rahmat.

Lebih lanjut, saat ini Rahmat mengaku belum tahu apakah akan menggandeng penerbit game dari luar negeri atau membangun perusahaan di Singapura atau Hong Kong.

Terlepas dari rencana membuat versi mobile, Digital Happiness telah membuat "DreadOut" dalam format VR yang diberi nama "Dread Eye" yang disebut Rahmat merupakan satu kesatuan "Dread Universe."

Baca juga: Pengembang siapkan sekuel gim "DreadOut"

Baca juga: Platform digital makin dilirik sebagai saluran distribusi film

Baca juga: Caitlin Halderman kena celurit saat syuting "Dreadout"

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019