Jakarta (ANTARA News) - Mulyono (52), pada 2010 merupakan pengendara ojek yang akan menarik penumpang setelah mendapatkan pesanan melalui telepon, sesuatu yang asing bagi dirinya saat itu.

"Waktu itu belum ada aplikasi," kata Pak Mul yang kini dijuluki "Driver 001", saat ditemui di acara GOJEK di Cakung, Jakarta Timur, Minggu.

Saat itu ia sudah tujuh tahun menjadi tukang ojek pangkalan yang terbiasa "ngetem" di daerah Kebayoran Baru, bersama 15 orang temannya. Salah seorang teman memberi informasi tentang GOJEK, ojek online.

Entah apa yang membuatnya tertarik, dia akhirnya mendatangi kantor GOJEK yang saat itu berada di bilangan Mayestik untuk mencari informasi lebih lanjut. Pak Mul mendaftar.

Sekitar satu minggu kemudian, Pak Mul diminta untuk datang kembali. Di sana, dia bertemu CEO Nadiem Makarim, yang menanyainya mengenai keseriusannya untuk bergabung.

"Nadiem waktu itu masih kuliah, lagi liburan," kata Pak Mul mengenang pertemuan pertamanya dengan pendiri GOJEK.

"Sudah pakai seragam, tapi, waktu itu jaketnya abu-abu. Saya masih simpan fotonya," kata Pak Mul dan menunjukkan seragam pertama GOJEK.
 
Seragam pertama GOJEK didominasi warna abu-abu. Mulyono, pengemudi ojek pertama GOJEK masih menyimpan jaket tersebut dan mengabadikannya dalam foto. (ANTARA News/Natisha Andarningtyas)


Cara kerja ojek online waktu itu berbeda dengan yang dikenal sekarang, mirip memesan layanan taksi.

Konsumen menelepon ke pusat layanan (call center) pesanan akan diproses oleh kantor.

Selanjutnya, Pak Mul akan mendapatkan SMS berupa rincian pesanan, termasuk lokasi penjemputan.

"Saya pakai jaket abu-abu tiga tahun, setelah itu, ganti yang hijau," kata dia.

GOJEK berinovasi, mereka mengembangkan aplikasi untuk mempermudah pemesanan GOJEK melalui ponsel. Aplikasi yang beredar sekarang diluncurkan sekitar 2015 lalu.

Baca juga: Menhub bersepeda motor sebelum isi seminar keselamatan ojek online

Pak Mul mengenang angkatan pertama pengemudi ojek berjumlah 20 orang, termasuk dirinya.

Merasa menemukan keuntungan, baik secara finansial maupun fleksibilitas jam kerja, Pak Mul mengajak teman-temannya di pangkalan ojek tempat dia bekerja dulu untuk bergabung, namun, tidak berhasil.

Waktu itu, kata dia, hanya dia dan seorang teman yang bergabung dengan ojek online di pangkalan tersebut.

Penolakan bukan hanya datang dari teman-temannya, tapi juga ojek pangkalan di daerah lain ketika ojek online populer untuk pertama kalinya.

Pak Mul mengaku dia hanya bisa pasrah ketika dicegat dan dikalungi golok oleh ojek pangkalan ketika sedang bekerja.

"Waktu di Cikarang, saya juga pernah dikejar ojek pangkalan," kata dia.

Delapan tahun berlalu, Pak Mul masih menarik ojek online hingga sekarang. Di kalangan GOJEK, dia dijuluki "Driver 001", mengacu pada kode pengemudi yang dimilikinya.

"Saya sendiri juga enggak tahu kenapa begitu, mungkin karena saya driver pertama," kata dia.

Kepala Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintahan GOJEK, Shinto Nugroho bahkan berkelakar Nadiem Makarim akan cium tangan jika bertemu Pak Mul, karena dia pengemudi ojek senior di komunitas tersebut.

Indonesia mengenal ojek online pertama melalui GOJEK, disusul Grab dan Uber yang menyediakan transportasi serupa selain taksi online. Uber akhirnya hengkang dari Indonesia tahun lalu, saat ini penyedia aplikasi ojek online di Indonesia hanya diisi GOJEK dan Grab.

Baca juga: Masuk daftar Bloomberg 50, begini jejak Nadiem Makarim

Baca juga: Go-Jek jelaskan rumor perubahan komposisi pemegang saham

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019