Bandarlampung (ANTARA News) - Pengungsi terdampak bencana tsunami Selat Sunda di wilayah Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung sangat mengharapkan dapat memiliki rumah baru sebagai pengganti rumah mereka yang telah hancur dan musnah.

Apalagi kini mereka telah berhari-hari bahkan berminggu-minggu terpaksa menjalani hidupnya di tenda pengungsian yang tidak terlalu besar di pegunungan.

Anak-anak kehilangan masa bermain seperti biasa di lingkungan rumah, mungkin masih memendam rasa ketakutan akan terulangnya kejadian yang telah menghancurkan rumah, kapal-kapal nelayan bahkan merenggut nyawa sanak saudaranya. 

Sesekali pengungsi turun dari pengungsian yang terletak di dataran tinggi, jika merasa ada kebutuhan yang mendesak. Mereka pergi dan meminta dari satu ke satu posko lainnya untuk mendapatkan bahan-bahan yang mereka perlukan.

Selain kehilangan tempat tinggal, korban tsunami rata-rata juga kehilangan mata pencaharian mereka. Kehidupan sehari-hari sebagai nelayan kandas begitu saja karena kapal perahu sebagai alat pemenuhan kebutuhan ekonomi mereka hancur dan raib.

Mereka tidak bisa berbuat apa-apa, untuk saat ini kecuali menggantungkan bantuan dari berbagai pihak khususnya pemerintah, untuk bertahan hidup dan memulai mencoba mencari nafkah kembali.

Pakaian pun mengenakan baju seadanya yang didapat dari donasi masyarakat yang disalurkan melalui posko atau organisasi yang datang sendiri. Terkadang juga terlihat lelaki dewasa yang hilang perasaan gengsinya dengan menggunakan pakaian wanita misalnya daster, karena hanya pakaian tersebut yang tersedia.

Selama dalam pengungsian mereka juga harus harus bisa lebih ekstra menjaga kesehatan dari kemungkinan gigitan nyamuk, kebersihan, sanitasi dan menjaga pola makanan sehat karena dapur umum lebih sering menghidangkan mi instan.

Hari demi hari dilalui banyak pengungsi yang tidak bisa lagi menahan tubuhnya agar tetap sehat. Satu demi satu pengungsi mulai terserang berbagai penyakit kulit gatal-gatal hingga Deman Berdarah (DBD).

Para pengungsi pun tidak sangat berharap bisa mendapatkan kembali tempat tinggal yang layak dihuni dari pemerintah daerah. Ketika Presiden Joko Widodo berkunjung ke pengungsian, harapan itu sepertinya bisa menjadi nyata.

Respon Keinginan Pengungsi

Presiden Joko Widodo dalam kunjungan melihat korban tsunami dan dampaknya di Desa Way Muli Timur, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung mengatakan akan memusatkan perhatian untuk membangun rumah bagi warga yang rumahnya hancur akibat hantaman gelombang tsunami Selat Sunda.

"Sementara kita bangun dulu rumah warga yang hancur," kata presiden di depan pengungsi.

Untuk fasilitas lainnya yang juga hancur akibat hantaman gelombang tsunami, seperti puskesmas, Jokowi menegaskan akan dibangun menyusul.

Pada kunjungan tersebut, Jokowi meminta kepada Menteri PUPR untuk segera membangun rumah-rumah warga yang telah hancur. Pembangunan rumah warga tersebut akan dibangun dengan jarak sekitar 400 meter di atas bibir Pantai Pesisir atau mendekati Gunung Rajabasa.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono diminta untuk segera membangun rumah warga yang hancur akibat tsunami di pesisir Kabupaten Lampung Selatan, Lampung.

Kegiatan akan dimulai dengan pendataan atas rumah-rumah yang hancur kemudian pembangunan akan dimulai dalam waktu tiga bulan ke depan.

Dana untuk pembangunan rumah warga yang rusak itu, memakai mata anggaran yang sama dengan pembangunan di lokasi bencana Palu dan Nusa Tenggara Barat (NTB). 

"Anggarannya sama saja seperti di Palu dan NTB," kata Jokowi menerangkan.

Terkait penanganan pengungsi dari Pulau Sebesi, Presiden Joko Widodo pun mengemukakan korban tsunami Selat Sunda di Kabupaten Lampung Selatan meminta tempat tinggalnya direlokasi ke tempat yang lebih tinggi, tidak di pinggir pantai lagi.

"Tadi sudah saya tanyakan ke masyarakat Pulau Sebesi, mereka intinya ingin direlokasi ke tempat lebih tinggi, tidak ingin bangun di bibir pantai lagi," ujar Presiden kepada wartawan usai berdialog dengan pengungsi Pulau Sebesi di lapangan Tenis Indoor, Kota Kalianda, Lampung Selatan, Rabu (2/1).

Menurut Presiden, semua korban tsunami Lampung Selatan pada umumnya minta direlokasi meskipun masih ada yang tetap ingin tinggal di tempat semula.

"Semuanya, termasuk di Desa Way Muli, ada satu dua lah yang ingin tetap di pinggir, tapi 90 persen minta direlokasi ke tempat lebih atas," kata Jokowi lagi.

Dalam kunjungannya ke Kabupaten Lampung Selatan, Presiden Joko Widodo mengunjungi korban tsunami di Desa Kunjir dan Way Muli Kecamatan Rajabasa, kemudian RSUD dr Bob Bazar, Kota Kalianda untuk melihat kondisi pasien korban bencana tsunami dan terakhir pengungsi dari Pulau Sebesi di lapangan Tenis Indoor.

Turut serta mendampingi Presiden, Menteri Sosial Agus Gumiwang, Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal TNI Tito Karnavian, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Gubernur Lampung M Ridho Ficardo dan Pelaksana Tugas Bupati Lampung Selatan Nanang Ermanto.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lampung Selatan menindaklanjuti perintah Presiden Joko Widodo agar merelokasi masyarakat pesisir Desa Waymuli, Kecamatan Rajabasa, yang terdampak tsunami, dengan langkah awal mensurvei lahan yang akan dibangun permukiman. 

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lampung Selatan, I Ketut Sukerta, ketika dihubungi via telepon mengatakan ada info tersedia tanah dua hektare di Desa Waymuli.

Ketut menjelaskan di Desa Way Muli, sedikitnya terdapat 50 rumah yang hancur sehingga lahan yang ada tersebut akan digunakan untuk membangun rumah bagi warga Way Muli.

Sementara, untuk warga lainnya yang juga terdampak tsunami akan direlokasi ke tempat lain dan lahannya tengah dicarikan.

Kalau yang lain, ujar dia, tengah diupayakan. Kalau mau di Kalianda akan disiapkan, karena Pemda Lampung Selatan punya tanah di sekitaran kantor pemda.

Warga Pulau Sebesi akan direlokasi di pulau setempat tapi di tempat lebih tinggi dari pantai.

Janji pembangunan rumah dan relokasi tersebut menenangkan warga, para penyintas bencana tsunami Selat Sunda kini menanti dengan penuh harap untuk mendapatkan hunian baru yang layak sebagai pengganti rumah mereka yang tersapu air laut.

Baca juga: Penyintas bertutur cara bertahan dari tsunami Selat Sunda
Baca juga: Relawan dapur umum penjamin kecukupan pangan pengungsi
Baca juga: Gotong royong BUMN ringankan derita korban Selat Sunda

Pewarta: Triono Subagyo
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019