Lampung Selatan (ANTARA News) - Dua korban terdampak tsunami Selat Sunda dari Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung masih mendapatkan perawatan di RSUD Dr H Abdul Moeloek (RSUDAM) Bandarlampung.

Hingga Senin ini, Lita (11) dan Madsari (55), dua warga korban tsunami Selat Sunda masih dirawat di RSUDAM Bandarlampung ini.

Lita adalah gadis kecil berusia 11 tahun yang tinggal di Desa Kunjir, Kecamatan Rajabasa, salah satu korban selamat dari gelombang tsunami yang terjadi pada Sabtu, 22 Desember 2018.

Meski selamat, Lita harus dirujuk ke RSUDAM Bandarlampung untuk menjalani operasi craniotomi (bagian kepala). Sebelumnya, Lita juga sempat mendapatkan perawatan selama dua hari di RSUD Bob Bazar di Kalianda, Lampung Selatan.

Sedangkan Madsari (55), salah satu warga Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa juga merupakan korban tsunami yang selamat dan masih dirawat di RSUD AM Bandarlampung.

Pada saat kejadian, Madsari mengaku sudah berusaha untuk menyelamatkan diri saat gelombang tsunami menghempas rumahnya. Namun, saat ingin keluar rumah, kakinya tertimpa reruntuhan bangunan.

Akibat kejadian itu, kakinya mengalami luka parah, sehingga harus diamputasi. Selain itu, ia juga kehilangan rumah dan harta benda akibat dihempas gelombang tsunami Selat Sunda.

Ketua Tim Penggerak PKK Lampung Selatan (Lamsel) Winarni Nanang Ermanto bersama Ketua Dharma Wanita Persatuan Lamsel Siti Fatimah Fredy beserta pengurus mengunjungi keduanya di RSUD AM Bandarlampung, Minggu (6/1).

Saat menjenguk keduanya, Winarni memberikan semangat kepada keluarga korban, baik Lita maupun Madsari.

Selain melihat keadaan dan perkembangan kesehatan kedua korban, Winarni beserta rombongan juga memberikan bantuan berupa tali asih dan perlengkapan lainnya seperti pakaian, selimut, dan makanan.

"Ibu beserta keluarga yang sabar, ya, musibah ini ujian dari Allah SWT. Semoga dari ujian ini, Allah memberikan yang terbaik bagi keluarga, dan semoga Lita segera diberikan kesembuhan dan bisa kembali lagi ke sekolah," ujar Winarni kepada keluarga Lita.

Winarni juga selalu mendoakan agar semua korban segera diberikan kesehatan dan bisa kembali lagi berkumpul bersama dengan keluarga.

"Kita berdoa bersama-sama agar Allah SWT memberikan yang terbaik bagi kita semua warga masyarakat Lampung Selatan," kata Winarni pula.

Bantuan dari berbagai pihak untuk korban tsunami Selat Sunda di Lampung Selatan juga masih terus mengalir.

Pada Minggu (6/1) siang, Posko Logistik Penanggulangan Darurat Bencana Tsunami Kabupaten Lamsel menerima bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Kepala Seksi Peralatan BPBD Provinsi Jawa Tengah Budiyanto mewakili Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menyerahkan bantuan tersebut dan diterima langsung oleh penanggungjawab logistik Dulkahar yang juga Kepala Dinas Sosial Kabupaten Lampung Selatan.

Budiyanto menyebutkan, bantuan yang dihimpun dari berbagai instansi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah seperti, BPBD, PMI, TP-PKK, PLN Distribusi Jawa Tengah, dan beberapa kabupaten di Provinsi Jawa tengah senilai Rp165 juta.

Adapun bentuk bantuan tersebut berupa paket beras, paket sembako, makanan instan, makanan bayi, detergen, selimut, handuk, pakaian dan peralatan sekolah baik SD, SMP, dan SMA. Kemudian ada pakaian dewasa dan anak-anak, tenda gulung, tikar, terpal, peralatan shalat, perlengkapan wanita dan peralatan mandi.

Sebelumnya, sejumlah pemda kabupaten/kota di Provinsi Lampung juga telah menyalurkan bantuan dari jajaran pemerintah maupun sumbangan dari warga setempat.

Pemda di luar Lampung, seperti Pemprov Sumatera Selatan, Pemprov Sumatera Barat, Pemprov Jawa Barat, dan pemda lain maupun masyarakat dan institusi serta lembaga sosial maupun LSM/NGO dari Lampung dan berbagai daerah ikut membantu para korban tsunami itu.

Para relawan juga berdatangan dari berbagai daerah dan lembaga, baik membantu para korban tsunami, mengurus logistik dan distribusi pangan, bantuan medis dan pengobatan maupun untuk memulihkan kondisi psikososial korban terutama anak-anak, serta bersama personel TNI/Polri, Basarnas dan para pihak lainnya membenahi kondisi sekitar permukiman warga yang masih porak-poranda dihempas gelombang tsunami ini.



Tanggap Darurat

Pelaksana Tugas Bupati Lampung Selatan Nanang Ermanto, Minggu (6/1), juga telah membuat keputusan Penetapan Perpanjangan Kedua Status Tanggap Darurat Penanganan Bencana Tsunami di Kabupaten Lampung Selatan.

Penetapan Perpanjangan Kedua Status Tanggap Darurat Penanganan Bencana Tsunami berlangsung selama 14 hari, terhitung sejak tanggal 6 Januari 2019 sampai dengan tanggal 19 Januari 2019.

Plt Bupati Lamsel Nanang Ermanto telah mengeluarkan SK Nomor: B/30/VI.02/Hk/2019 tanggal 6 Januari 2019 tentang Penetapan Perpanjangan Kedua Status Tanggap Darurat Penanganan Bencana Tsunami di Kabupaten Lampung Selatan.

Dalam SK tersebut dijelaskan pertimbangan dari surat Badan Geologi Kementerian ESDM 27 Desember 2018 perihal peningkatan status Gunung Anak Krakatau dari Level II (Waspada) ke Level III (Siaga) sampai dengan berakhir penetapan perpanjangan status tanggap darurat penanganan bencana tsunami berakhir tanggal 5 Januari 2019.

Status Gunung Anak Krakatau tetap Level III (Siaga) dan penanganan pengungsi masih diperlukan.

Situasi tanggap darurat penanganan tsunami di Kabupaten Lamsel perlu tambahan periode operasi tanggap darurat.

Karena itu, Plt Bupati Lamsel menetapkan perpanjangan kedua status tanggap darurat penanganan bencana tsunami Kabupaten Lamsel, dengan perpanjangan selama 14 hari, dari 6 Januari sampai dengan 19 Januari 2019.

Penetapan ini dapat diperpanjang atau diperpendek sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penanganan darurat bencana tsunami Kabupaten Lamsel.

Sebelumnya, masa tanggap darurat bencana tsunami Selat Sunda di Kabupaten Lamsel telah diperpanjang satu pekan mulai Minggu (30/12-2018).

Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamsel I Ketut Sukerta fokus masa tanggap ini adalah pencarian korban yang dilaporkan masih hilang dan pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi terdampak tsunami Selat Sunda di Lamsel.

"Fokus masih ke pencarian korban yang hilang delapan orang, dan penanganan pengungsi, seperti pemenuhan kebutuhan dasar para pengungsi," kata dia lagi.

"Mereka yang kehilangan rumah tengah dipikirkan, apakah disiapkan hunian sementara dan sebagainya," katanya pula.

Ketut menyatakan, semua kebutuhan dasar pengungsi maupun korban terus diupayakan dipenuhi oleh pemerintah mulai dari makanan, pakaian, tempat tinggal, termasuk kebutuhan anak-anak sekolahnya.

"Semua yang berkaitan dengan mereka pasti dipikirkan," kata dia lagi.

Karena itu, diharapkan pula, dengan adanya perpanjangan lagi masa tanggap darurat bencana tsunami di Lampung Selatan hingga 19 Januari 2019 mendatang, berbagai upaya yang harus segera dilakukan oleh jajaran pemerintah bersama TNI/Polri, para relawan masih di lapangan dan berbagai pihak dapat terus mendorong pemulihan kondisi masyarakat korban tsunami agar dapat menjalani kehidupan mereka secara normal kembali.

Semua berharap, pascatsunami Selat Sunda, dengan kondisi aktivitas Gunung Anak Krakatau pemicu terjadi tsunami Sabtu (22/12-2018) malam masih terus aktif mengeluarkan letusan (erupsi) dan kegempaan, sehingga kewaspadaan dan mitigasi bencana alam bagi warga pesisir sekitarnya tetap diprioritaskan.

Penanganan pemulihan termasuk perbaikan dan pembangunan rumah warga yang rusak atau hancur akibat tsunami harus segera dilaksanakan.

Begitu pula perbaikan kapal/perahu nelayan maupun pengadaannya juga dapat disegerakan oleh pihak berwenang, agar warga yang berprofesi sebagai nelayan bisa beraktivitas melaut mencari ikan lagi seperti semula.

Warga korban tsunami Selat Sunda, khususnya anak-anak yang harus mulai bersekolah Senin ini, diharapkan tetap dapat melaksanakan belajar mengajar walaupun terpaksa belajar di tenda darurat, akibat gedung sekolah mereka rusak dan porak-poranda sehingga belum bisa digunakan lagi.

Kendati kondisi darurat bencana dan tanggap darurat diperpanjang lagi, tak boleh mengendurkan upaya perbaikan sarana/prasarana dan pemulihan pascastunami. Hendaknya justru proses pemulihan kehidupan warga terdampak tsunami di Lampung Selatan perlu terus disegerakan oleh semua pihak.*


Baca juga: Kehidupan warga pascatsunami berangsur pulih (1)

Baca juga: Minimnya kepekaan masyarakat menghadapi ancaman tsunami


 
 

Pewarta: Erafzon Saptiyulda AS
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019