Ini tidak hanya berbicara masalah Babel tetapi sudah nasional, karena mahasiswa yang kuliah di negara tersebut tidak hanya berasal dari daerah ini
Pangkalpinang, (ANTARA News) - Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Didit Srigusjaya berharap Kementerian Luar Negeri segera menginvestigasi mahasiswa Indonesia bekerja secara paksa di Taiwan, guna memastikan kebenaran informasi tersebut.

"Dalam waktu dekat ini, kita akan mendatangi Kemenlu dan Kemenristekdikti untuk memastikan informasi mahasiswa Indonesia khususnya Babel yang kerja paksa di Taiwan," kata Didit Srigusjaya di Pangkalpinang, Selasa.

Ia mengatakan jumlah mahasiswa yang mendapatkan beasiswa kuliah di Taiwan sebanyak 294 orang dan berdasarkan informasi masyarakat dan orang tua mahasiswa, mereka melakukan kerja paksa di negara tersebut.

"Ini tidak hanya berbicara masalah Babel tetapi sudah nasional, karena mahasiswa yang kuliah di negara tersebut tidak hanya berasal dari daerah ini," ujarnya.

Oleh karena itu, Kemenlu diminta segera membentuk tim investigasi secara independen untuk memastikan informasi mahasiswa yang kuliah di negara tersebut bekerja paksa.

"Kita sudah mendengar langsung pengakuan dari orang tua, bahwa ada kemiripan informasi kerja paksa tersebut dengan cerita para orang tua mahasiswa tersebut," katanya.

Menurut dia, selama ini mahasiswa yang mendapatkan beasiswa kuliah di Taiwan takut menceritakan dan kondisi mereka di Taiwan, karena ada tekanan dari berbagai pihak.

Bahkan, para orang tua tetap mengirimkan uang kuliah kepada anak-anaknya di Taiwan. "Kalau ini program beasiswa, tentu mahasiswa tidak perlu lagi membayar uang kuliah di negara tersebut," katanya.

"Kita berharap Kemenlu segera bertindak, karena ini sudah menjadi masalah antarnegara," tambah Didit Srigusjaya.

Baca juga: Kementerian Luar Negeri tindaklanjuti laporan mahasiswa Indonesia kerja paksa di Taiwan

Baca juga: Taiwan klarifikasi dugaan kerja paksa pelajar Indonesia

Baca juga: M Nasir mengecek kerja paksa mahasiswa indonesia di Taiwan

Pewarta: Aprionis
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019