Tapteng, Sumut, (ANTARA News) - Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara, kembali normal setelah dilanda isu tsunami pada Kamis dini hari dan saat ini kondisi masyarakat di kedua daerah tersebut kembali normal.

Masyarakat yang sempat mengungsi menyelamatkan diri ke pegunungan dan perbukitan sudah kembali ke rumah masing-masing dan beraktivitas seperti semula.

Aktivitas warga dan perkantoran juga sudah berjalan normal seperti biasanya, walaupun peristiwa yang menghebohkan itu menjadi perbincangan hangat masyarakat di kedua daerah tersebut.

Beragam alasan masyarakat ikut mengungsi karena adanya isu tsunami, salah satunya adalah peristiwa tsunami Nias dan Aceh yang terjadi tahun 2004 lalu, dimana trauma masyarakat masih melekat akan peristiwa itu.

Rahmad Tanjung, salah seorang warga Panda, mengatakan, wajar masyarakat langsung panik ketika mendengar kabar adanya tsunami tersebut, karena waktu peristiwa gempa dan tsunami Nias dan Aceh, masyarakat Sibolga dan Tapteng cukup merasakan dampaknya.

"Warga juga langsung berhamburan menyelamatkan diri. Jadi persis seperti kejadian tadi pagi, warga langsung panik dan mencari tempat yang lebih tinggi. Jadi terlepas benar atau tidak akan ada tsunami, rasa trauma masyarakat masih melekat," katanya.

Untuk itulah masyarakat kedua daerah meminta kepada aparat kepolisian agar mengusut siapa pelaku yang menyebar informasi bohong itu, agar ada efek jera.

"Bersyukur tidak ada kejadian tadi pagi, karena warga sudah berhamburan menyelamatkan diri masing-masing. Kasihan para orangtua yang memaksa anaknya yang masih kecil dan bayi untuk mengungsi. Bahkan ada ibu yang baru melahirkan ikut mengungsi," kata Lidia Sitompul warga Tukka.

Selain aktivitas warga dan perkantoran yang normal, proses belajar dan mengajar juga berlangsung normal di kedua daerah.

Pihak keamanan menghimbau masyarakat agar jangan mudah terprovokasi dengan setiap informasi yang belum jelas sumbernya.*


Baca juga: Akibat isu tsunami, warga Sibolga-Tapanuli Tengah berhamburan ke arah pegunungan

 

Pewarta: Juraidi dan Jason
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019