Green Banking akan berperan sebagai sumber pendanaan khusus bagi proyek-proyek EBT, mengingat sampai saat ini, perbankan dan lembaga keuangan formal masih belum melirik segmen pembiayaan khusus untuk proyek-proyek EBT.
Jakarta (ANTARA News) - Peneliti Alpha Research Database Indonesia Ferdy Hadiman menyarankan dibentuknya "Green Banking" untuk mendanai proyek energi baru terbarukan (EBT) di Tanah Air.

"Proyek energi baru terbarukan (EBT) selama ini kerap terbentur pada ketiadaan investor, sehingag perlu dibuat semacam 'Green Banking' untuk membantu pendanaan dalam pengembangan EBT," kata Ferdy, di Jakarta, Jumat.

Green Banking merupakan institusi keuangan yang memberikan prioritas pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan terutama dalam kredit maupun pembiayaan, yaitu adanya keseimbangan ekologi (lingkungan hidup), kesejahteraan manusia, dan serta pembangunan sosial budaya masyarakat. 

Green Banking akan berperan sebagai sumber pendanaan khusus bagi proyek-proyek EBT, mengingat sampai saat ini, perbankan dan lembaga keuangan formal masih belum melirik segmen pembiayaan khusus untuk proyek-proyek EBT.

Padahal EBT mendesak dikembangkan karena juga Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan akibat harga minyak yang jatuh dan produksi minyak yang semakin sedikit. 

"Ini berdampak kepada defisitnya APBN sehingga pemerintah mulai melirik EBT untuk dikembangkan. Sayangnya, peran pemerintah masih belum konsisten dalam isu EBT. Saya melihat pembangkit listrik dengan tenaga EBT tidak dirawat, tidak didayagunakan, bahkan ditinggalkan begitu saja oleh pemerintah, sehingga manfaat EBT belum terasa," katanya.

Menurut Ferdy, keahlian dalam memproduksi energi baru terbarukan adalah suatu keharusan untuk menopang produksi energi nasional. 

Sejatinya beberapa BUMN telah merintis dan mengembangkan EBT seperti salah satunya Waskita Karya yang melalui salah satu anak perusahaannya Waskita Karya Energi saat ini sedang membangun pembangkit listrik dari energi baru terbarukan. 

Direktur Teknik dan BD Waskita Karya Energi, Hokkop Situngkir mengatakan bahwa pada dasarnya, untuk konsep dan teknologi, Indonesia sudah siap mengembangkan energi baru terbarukan. 
industri EBT sangat besar potensinya karena juga dapat melahirkan lapangan kerja baru. 

"Sayangnya ada beberapa faktor penghalang, antara lain pemerintah belum konsisten dalam menerapkan regulasi soal EBT sehingga menyulitkan investor. Selain itu infrastuktur belum terintegrasi dan masyarakat belum menganggap EBT sebagai hal penting di masa depan. Harus ada solusi yang jelas, sehingga pengembangan EBT dapat berjalan dengan baik", kata Hokkop yang juga merupakan Ketua Bidang Natural Resources Inovator 4.0 Indonesia.
 

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2019