Sukabumi, 11/1 (Antara) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo meninjau lokasi bencana di Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat, Jumat.
   
Ikut menyertai Doni, sejumlah pejabat daerah dan pusat. Nampak juga Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.
   
Sukabumi sendiri memiliki bentang alam berbukit yang subur dengan ciri tanahnya yang gembur dan dapat longsor.
   
Salah satu kawasan itu adalah kampung Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok. Beberapa pekan lalu, kampung tersebut dilanda bencana longsor yang menewaskan sejunlah warga di sekitarnya.
   
Kepala Pusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan daerah di Kabupaten Sukabumi banyak yang rawan longsor. Kondisi topografi perbukitan dengan batuan penyusun yang porus, gembur dan lepas menyebabkan mudah longsor. Banyaknya penduduk yang tinggal di daerah rawan longsor menyebabkan tingkat risiko longsor tinggi.
   
"Selama 10 tahun terakhir telah terjadi 132 kali longsor di Sukabumi dengan beberapa kejadian diantaranya menimbulkan korban jiwa dan kerusakan bangunan," kata dia.
   
Mitigasi longsor masih memerlukan banyak perhatian, baik mitigasi struktural seperti penguatan tebing, pemasangan sistem peringatan dini longsor, penghijauan dan lainnya, juga mitigasi nonstruktural seperti pemetaan, sosialisasi, tata ruang, pendidikan kebencanaan, gladi dan lainnya.

Puncak musim penghujan sebagian besar wilayah Indonesia adalah Januari hingga Februari. Masyarakat dihimbau untuk selalu meningkatkan kewaspadaannya.
   
Sukabumi juga dikelilingi oleh lautan yang memerlukan perhatian fasilitas mitigasi bencana. Untuk itu, Kepala BNPB juga akan meninjau sejumlah fasilitas di pinggir pantai.
   
Sementara itu pada Sabtu (11/1) pagi, Doni akan menuju kawasan Sumur, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten yang menjadi kawasan terdampak bencana tsunami Selat Sunda akhir tahun lalu. 
Baca juga: Dapur umum mandiri layani korban tsunami yang masih di pengungsian
Baca juga: Rp9,65 M untuk 23 korban tsunami Selat Sunda
 

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019