Defisit migasnya terlalu besar, sehingga total jadi defisit
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan kinerja neraca perdagangan yang sepanjang 2018 mengalami defisit masih terpengaruh oleh tingginya impor migas.

"Defisit migasnya terlalu besar, sehingga total jadi defisit," kata Darmin kepada pers di Jakarta, Jumat.

Darmin mengakui persoalan impor migas ini tidak bisa diselesaikan dalam waktu cepat, karena membutuhkan pembenahan selama bertahun-tahun.

Selain itu, impor migas tersebut juga didukung oleh ketergantungan yang tinggi dari masyarakat maupun industri kepada penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM). 

"Sebenarnya terakhir kita surplus migas neraca perdagangannya pada 2001 atau 2002, setelah itu pelan-pelan makin besar," ujarnya.

Darmin menambahkan tingginya impor migas ini telah menutup pencapaian ekspor nonmigas pada 2018 yang tercatat menyumbang surplus neraca perdagangan nonmigas.

Untuk itu, dalam waktu dekat, ia menegaskan, selama belum ada upaya untuk menangani persoalan impor migas, maka neraca perdagangan masih sulit untuk surplus.

Dalam kesempatan terpisah, Ekonom Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih juga mengatakan defisit neraca perdagangan pada 2018 terjadi karena tingginya impor migas.

Defisit juga terjadi karena ekspor nonmigas terdampak penurunan harga komoditas seperti batu bara, CPO dan karet serta perlambatan pertumbuhan ekonomi China yang menjadi mitra dagang utama Indonesia.

Selain itu, impor nonmigas Indonesia juga tinggi terutama bahan baku dan bahan modal yang diperlukan untuk kegiatan pembangunan infrastruktur.

Melihat kondisi tersebut, Lana memproyeksikan defisit masih terjadi di 2019, apalagi permintaan dari China belum sepenuhnya pulih sebagai dampak dari terjadinya perlambatan ekonomi.

"Kita tak bisa menekan China untuk membeli dari kita kalau ekonominya lagi melambat. Apalagi di 2019 ini China diprediksi melambat sampai 6,5 persen," katanya. 

Baca juga: BI: defisit neraca perdagangan trennya menurun
Baca juga: Perbaikan neraca transaksi berjalan perlu kebijakan berkesinambungan

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019