Saya titip hati-hati, karena Bapak dan Ibu sekalian memiliki keluarga
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo menyampaikan sejumlah pesan kepada para pengemudi transportasi dalam jaringan (online) mengenai cara berlalu lintas yang baik.  "Saya titip, kalau sudah ada payung hukum yang jelas...di lapangan, dari mobil, saya sering melihat ada yang masih mengemudi dengan mengambil handphone dan sambil nyetir, hati-hati seperti itu, hati-hati," kata Presiden Joko Widodo sambil memeragakan gaya seolah-olah memegang setang motor di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Sabtu.

Presiden menyampaikan hal tersebut saat Silatnas Transportasi Online yang dihadiri ribuan pengemudi transportasi daring dari perusahaan Gojek, Grab, dan Bluebird.

"Saya titip hati-hati, karena Bapak dan Ibu sekalian memiliki keluarga. Jangan sampai kecerobohan, menyetir sambil menerima 'order' sehingga menyebabkan kelalaian dan kecelakaan. Saya titip ini saja, karena saya sering lihat seperti itu (memegang telepon genggam) sambil membawa penumpang, hati-hati soal ini. Kita tidak ingin Saudara-Saudara celaka sekecil apapun, jangan sampai terjadi. Kita semua berdoa, berangkat selamat dan pulang pun selamat," tambah Presiden.

Presiden juga berpesan para pengemudi transportasi "online" menjaga persatuan dan kesatuan dan jangan sampai terpecah-pecah karena perbedaan politik.

"Sudah jadi takdir Allah, kita berbeda-beda dan kita manfaatkan sebagai kekuatan, bukan terpecah-pecah karena perbedaan. Biasanya ini dimulai dari pilihan politik, ada pilihan bupati, wali kota, gubernur, presiden, karena perbedaan pilihan kita tidak jadi saudara lagi, bener tidak?" ungkap Presiden.

Presiden pun berharap dalam pemilihan kepala daerah dan kepala negara itu, masyarakat dapat melihat dari pengalaman, prestasi, rekam jejak, ide, dan gagasannya.

"Setiap lima tahun pasti pemilihan itu ada, jangan sampai kita diaduk-adut oleh politikus, hati-hati saya ingatkan karena Indonesia tenang dan tenteram seperti ini. Jangan sampai terganggu karena adanya pesta demokrasi," ungkap Presiden.

Presiden pun menyempatkan diri untuk berbincang dengan sejumlah pengemudi transportasi daring.

Pengemudi pertama yang diajak bicara Presiden di atas panggung adalah Erwin dari Tangerang.

Erwin mengaku bekerja 5-6 hari per minggu dari sekitar pukul 07.00 WIB hingga pukul 16.00-17.00 WIB.

"Liburnya tidak tentu, secapainya saja. Kalau kaki sudah linu ya istirahat," katanya yang saat bicara mendapat sautan "huuuu" dari pengemudi lain.

Pengemudi selanjutnya adalah Yadin dari Jakarta yang mengaku per hari mendapat pendapatan Rp200 ribu hingga Rp300 ribu ditambah insentif berkisar Rp60 ribu-Rp200 ribu.

"Insentif karena kita mengejar berlian, motivasi pengemudi agar tercapai isi berlian kita," ungkap Yadin.

"Saya lihat konsumen ingin dilayani cepat. Setelah kontak, detik itu juga datang, bagaimana supaya bisa cepat datang?" tanya Presiden Joko Widodo.

"Pertama konfirmasi dulu di-'chat', alamat yang dituju sudah benar atau belum, kalau sudah benar tinggal diikutin 'map' di aplikasi kita. Ke tujuan jemput, biasanya 2-5 menit," jawab Yadin yang juga disambut "huuuu" dari rekan-rekannya pengemudi yang lain. 

"Cepat sekali, banyak hal yang saya tidak tahu. Saya kira ini pengetahuan bagi saya, memang kecepatan layanan dalam bidang apapun sangat diperlukan karena tidak hanya perusahaan, pengemudi online, negara pun sama, negara yang cepat pasti mengalahkan negara yang lambat, perusahaan yang cepat mengalahkan perusahaan yang lambat," ungkap Presiden.

Pengemudi ketiga adalah Firdaus, supir taksi Bluebird yang sudah menggunakan aplikasi daring untuk mendapatkan penumpang.

"Alhamdulilah, saya dapat antara Rp200 ribu-Rp250 ribu, di luar insentif bulanan, ada juga tambahan lagi karena sudah bergabung ke online ada bonus dari online," kata Firdaus.

"Wah, pendapatannya gede sekali, gede sekali," kata Presiden.

Baca juga: Presiden mengaku bangga bisa bertemu pengemudi ojek-taksi "online"
Baca juga: Komunitas pengemudi apresiasi langkah pemerintah godok aturan ojek daring

 

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019