Jakarta (ANTARA News) - Juru bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin Ace Hasan Syadzily menanggapi isi pidato kebangsaan yang disampaikan capres Prabowo Subianto, di JCC Senayan, Jakarta, Senin malam. 

"Tidak ada yang baru dari pidato visi-misi  Prabowo malam ini. Pidato membaca telepromter, hanya dipenuhi retorika tapi tetap klise, miskin gagasan segar," kata Ace dalam keterangan di Jakarta, Senin malam. 

Menurut Ace, Prabowo tetap mengandalkan strategi "our brand is crisis", dengan mengatakan situasi negara saat ini sedang berada ditengah krisis. 

"Semua dilihat buruk, sengsara, tertinggal, terbelakang dan tergantung. Dengan cara itu, Prabowo ingin tampil sebagai penyelamat," ujar Ace. 

Menurut dia penggambaran situasi yang disampaikan Prabowo mengingatkan pada pidato Donald Trump. Dia menilai Prabowo terlihat berupaya menjiplak Donald Trump dalam pemilu AS dengan mengaduk-aduk sentimen dan emosi publik, dengan mengangkat contoh-contoh dramatis, namun tidak disertai data dan fakta yang akurat. 

Dia mengatakan tidak ada yang asli dari tawaran program aksi yang akan dilakukan Prabowo. Menurut Ace, sebagian besar yang dijanjikan Prabowo dalam pidatonya sudah dikerjakan oleh Jokowi.

"Prabowo baru berjanji, Jokowi sudah memberikan bukti. Lima fokus dan agenda aksinya banyak menjiplak program Jokowi," nilai dia. 

Dia mencontohkan, apa yang disampaikan Prabowo mulai stabilisasi harga, pembukaan lapangan kerja, penurunan angka kemiskinan dan ketimpangan, penguatan BUMN sebagai agen pembangunan, menjaga iklim usaha, infrastruktur yang bermanfaat, kepastian hukum pada ojek daring, pembenahan tata kelola BPJS hingga revitalisasi industri, semuanya telah dikerjakan Jokowi. 

Sementara soal isu utang luar negeri yang disinggung Prabowo, Ace menegaskan di era Jokowi, utang digunakan untuk hal produktif. 

"Prabowo hanya bermain retorika. Prabowo juga tidak menyampaikan bagaimana caranya. Jadi, dua jam Prabowo berpidato justru hanya mempromosikan apa yang sudah dilakukan oleh Jokowi," kata dia. 

Bagi Ace, pidato kebangsaan itu menegaskan paradoks Prabowo. 

"Prabowo berteriak menuduh terjadinya persekusi tapi justru membiarkan kelompok pendukungnya sering melakukan persekusi. Berteriak minta pendukungnya tidak menghujat, mencemooh tapi membiarkan setiap hari hoaks dan fitnah ke Jokowi bertebaran," katanya. 

"Berteriak soal Bhinneka Tunggal Ika tapi membiarkan setiap hari pendukungnya menebar kebencian pada Jokowi dan kelompok yang berbeda," ujarnya lagi. 

Pilpres 2019 diikuti dua pasangan capres, yaitu nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Baca juga: Prabowo sampaikan lima fokus utama program kerja nasional

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019