Presiden telah mengingatkan untuk segera diselesaikan (perjanjian perdagangan)
Washington DC (ANTARA News) -  Menteri Perdagangan (Mendag) RI Enggartiasto Lukita menyatakan pembahasan dan perundingan perjanjian perdagangan dengan berbagai negara lain untuk melesatkan ekspor Indonesia perlu digenjot sebagai upaya mengatasi defisit. 

"Sebelumnya kita sudah delapan tahun tidak ada perjanjian perdagangan baru, yang saat ini hanya menghidupkan yang lama-lama," kata Enggartiasto Lukita di Washington DC, Amerika Serikat, Selasa waktu setempat atau Rabu pagi WIB.

Menurut dia, ada berbagai kerugian dengan minimnya langkah Indonesia dalam melakukan perjanjian perdagangan dengan negara lain.

Mendag mencontohkan Vietnam mengungguli komoditas yang sama dengan Indonesia di pasar Amerika Serikat (AS) karena negara itu telah memiliki perjanjian perdagangan dengan AS, sehingga tarif bea masuknya lebih murah bahkan nol persen.

"Presiden telah mengingatkan untuk segera diselesaikan (perjanjian perdagangan)," ujar Mendag.

Baca juga: Akademisi nilai kinerja ekspor-impor 2018 terbantu perjanjian dagang

Ia menyadari bahwa untuk membuat perjanjian perdagangan dengan suatu negara atau sebuah kawasan bukanlah hal yang mudah, karena ada tahap internal yang harus dilakukan yaitu sinergi antarkementerian/lembaga hingga bernegosiasi dengan sejumlah mitra pemangku kepentingan.

Mendag menargetkan pada 2019 bisa menyelesaikan 13 perjanjian perdagangan.

Baca juga: Dolar menguat setelah Parlemen Inggris tolak kesepakatan Brexit

Baca juga: Parlemen Inggris tolak kesepakatan Brexit

Baca juga: Harga minyak naik sekitar tiga persen, China bakal perkenalkan kebijakan ekonomi


 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019