New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia sedikit lebih tinggi pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), didukung oleh reli pasar ekuitas Amerika Serikat (AS) dan kesepakatan pengurangan pasokan oleh OPEC+, tetapi kenaikannya dibatasi oleh data yang menunjukkan peningkatan persediaan produk olahan AS dan rekor produksi minyak mentah.

Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Maret naik 0,68 dolar AS menjadi ditutup pada 61,32 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari naik 0,20 dolar AS menjadi menetap pada 52,31 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Mengangkat harga minyak, indeks-indeks utama Wall Street yang mencapai tingkat tertinggi satu bulan. Minyak mentah berjangka kadang-kadang mengikuti pasar ekuitas.

Minyak mentah mendapat dukungan dari perjanjian pemangkasan pasokan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen utama non-OPEC, Rusia. Kelompok ini sepakat pada Desember untuk memangkas produksi minyak gabungan sebesar 1,2 juta barel per hari mulai Januari.

Wakil menteri energi Rusia mengatakan negaranya akan mencapai pengurangan target produksi minyak pada April.

"Pasar sedang berkonsolidasi. Untuk melihat apa pendorong kami selanjutnya, kami akan memantau untuk melihat apakah pemotongan (produksi) bekerja, jika anggota-anggota yang menyetujui, mematuhi mereka," kata Direktur Riset Pasar di Tradition Energy, Gene McGillian, seperti dikutip Reuters.

Terlepas dari pengurangan produksi, peningkatan produksi minyak mentah AS dapat menekan harga. Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan produksi minyak mentah AS pekan lalu naik ke rekor 11,9 juta barel per hari, karena ekspor minyak mentah melonjak mendekati rekor tertinggi hampir tiga juta barel per hari.

Stok bahan bakar minyak AS naik lebih besar dari perkiraan dan naik untuk minggu keempat berturut-turut, data EIA menunjukkan.

Produksi minyak mentah AS diperkirakan akan tumbuh tahun ini ke rekor di atas 12 juta barel per hari, dengan negara tersebut berubah menjadi eksportir minyak mentah bersih pada akhir 2020, kata EIA pada Selasa (15/1).

Stok bensin AS naik 7,5 juta barel, jauh melebihi ekspektasi para analis dalam jajak pendapat Reuters untuk kenaikan 2,8 juta barel. Pada 255,6 juta barel, stok bensin berada di tingkat mingguan tertinggi sejak Februari 2017.

Stok destilat, yang meliputi minyak diesel dan minyak pemanas, meningkat 3,0 juta barel, dibandingkan ekspektasi kenaikan 1,6 juta barel, data menunjukkan.

Persediaan minyak mentah turun 2,7 juta barel, lebih dari dua kali lipat perkiraan.

"Setiap sentimen bullish dari penarikan minyak mentah telah dikalahkan oleh peningkatan kuat produk-produk," kata Direktur Riset Komoditas ClipperData Matthew Smith, .

Tanda-tanda pelambatan ekonomi di seluruh dunia juga dapat menjaga harga minyak tetap terkendali.

Perkiraan Gedung Putih menunjukkan pada Selasa (15/1) bahwa ekonomi AS mendapat pukulan lebih besar dari perkiraan dari penutupan sebagian pemerintah.

Prospek ekonomi global semakin gelap setelah parlemen Inggris pada Selasa (15/1) menolak kesepakatan Perdana Menteri Theresa May untuk meninggalkan Uni Eropa.

China minggu ini melaporkan data perdagangan Desember yang buruk. Bank sentral China pada Rabu (16/1) melakukan injeksi tunai bersih harian terbesar melalui operasi reverse repo, upaya-upaya yang pasar minyak awasi dengan cermat.

Baca juga: Dolar sedikit menguat, pasar khawatir pertumbuhan ekonomi Eropa

Baca juga: Wall Street menguat, saham perbankan melonjak tembus delapan persen

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019