Yogyakarta (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta menjadikan kampung tangguh bencana (KTB) sebagai ujung tombak mitigasi bencana di wilayah, salah satunya untuk menghadapi puncak musim hujan tahun ini.

"Warga yang tergabung dalam kampung tangguh bencana (KTB) ini layaknya early warning system (EWS). Mereka diharapkan terus mengingatkan masyarakat agar selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai potensi bencana," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta Hari Wahyudi di Yogyakarta, Kamis.

Hari menyebutkan, sejumlah potensi bencana yang mungkin terjadi pada puncak musim hujan di antaranya adalah hujan dengan intensitas yang sangat deras hingga angin kencang.

Oleh karena itu, lanjut Hari, apabila ada pohon perindang yang dirasa rapuh dan rawan tumbang, maka masyarakat diminta segera melapor ke petugas agar pohon tersebut ditangani. "Atau jika pohon berada di persil pribadi, maka dahan pohon yang rawan tumbang segera dipangkas," katanya.

Di Kota Yogyakarta terdapat 97 KTB dan Hari mengatakan jika kemampuan masyarakat untuk melakukan antisipasi dan penanganan bencana sudah baik meskipun perlu terus ditingkatkan.

Sedangkan untuk dukungan peralatan mitigasi, BPBD Kota Yogyakarta memiliki peralatan EWS yang dipasang di sungai, khususnya Sungai Code, untuk mengingatkan masyarakat jika ada peningkatan debit air.

Namun demikian, lanjut dia, warga juga perlu meningkatkan kesadaran untuk tidak membuang sampah ke sungai karena bisa menyebabkan banjir.

"Peralatan EWS memang baru dipasang di Sungai Code dan kami rutin melakukan pengecekan serta perbaikan jika ada kerusakan. Meskipun sudah ada peralatan, namun masyarakat juga diminta tetap waspada," katanya.

Pada tahun ini, lanjut Hari, BPBD Kota Yogyakarta juga berencana menambah peralatan pemantauan berupa CCTV di sungai sehingga kondisi terkini sungai bisa dipantau secara langsung dari ruang monitor.

Selain kampung tangguh bencana, upaya untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap bencana dilakukan dengan membentuk sekolah aman bencana. Tahun ini, akan dilakukan sosialisasi terhadap enam SMP negeri di Kota Yogyakarta.

Sebelumnya, BMKG Yogyakarta memperkirakan adanya peningkatan curah hujan yang cukup signifikan saat puncak musim hujan yang dimulai pada dasarian kedua dan ketiga Januari hingga Februari.  Curah hujan bisa mencapai 100 hingga 200 milimeter per hari dengan berbagai potensi bencana yang muncul yaitu banjir, tanah longsor, angin kencang dan petir.*


Baca juga: ACT Yogyakarta ajak santri mengenal karakter bencana

Baca juga: ACT dirikan Akademi Relawan Indonesia di Yogyakarta


 

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019