Pertamina harus terus membangun dan menyiapkan green energy untuk generasi masa depan. Inilah tantangan sekaligus peluang bagi Pertamina untuk terus menyediakan bahan bakar berkualitas dan ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya dalam negeri
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengapresiasi "Green Refinery"  pertama di Indonesia yang telah dikembangkan Pertamina di Refinery Unit (RU) III, Plaju, Palembang. 

“Kita patut memberikan apresiasi kepada Pertamina yang telah fokus terhadap produksi bahan bakar ramah lingkungan yang berasal renewable resources,  dalam rangka menciptakan udara yang bersih dengan produksi BBM yang bersih,” kata Ignasius Jonan, menurut keterangan tertulis yang diterima Antaranews.com di Jakarta, Kamis. 

Pengembangan "green refinery"  ini merupakan era baru bagi industri Bahan Bakar Nabati (BBN) di Indonesia.

Pertamina, lanjut Jonan, harus terus membangun dan menyiapkan green energy untuk generasi masa depan. Inilah tantangan sekaligus peluang bagi Pertamina untuk terus menyediakan bahan bakar berkualitas dan ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya dalam negeri. 

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati yang mendampingi kunjungan tersebut menyatakan, Kilang Plaju menjadi pilot project dalam pengolahan minyak sawit menjadi bahan bakar berkualitas dan ramah lingkungan. Hal ini juga sekaligus untuk menjawab tantangan dunia agar bisnis migas mulai "move on" dari sumber energi fosil menuju "green energy". 

“Green energy merupakan bisnis masa depan yang banyak dinantikan pasar dunia. Indonesia memiliki sumber green energy yang besar utamanya minyak sawit. Untuk itu, Pertamina akan terus mengembangkan green energy dengan pilot project di Kilang Plaju,” ujar Nicke.

Pengembangan green energy di Kilang Plaju akan menghemat kas perseroan hingga 160 juta dolar AS atau Rp2,3 triliun per tahun, sekaligus mengurangi impor minyak hingga 7,36 ribu barel per hari (bph). 

“Pengembangan Green Refinery sekaligus upaya Pertamina menyukseskan program pemerintah untuk perluasaan penggunaan B20 serta mengurangi impor BBM sehingga cadangan devisa akan terjaga,” imbuh Nicke.

Dalam jangka panjang, Pertamina telah melakukan kerjasama dengan ENI, perusahaan minyak asal Italia yang menjadi pelopor konversi kilang pertama di dunia, untuk mengembangkan kilang-kilang Pertamina menjadi green refinery. Kerjasama ini merupakan bagian dari komitmen Pertamina dalam menyediakan bahan bakar ramah lingkungan sekaligus mengoptimalkan sumber daya alam dalam negeri untuk menciptakan ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional. 

Pertamina juga menjajaki kerjasama dengan PTPN untuk suplai kelapa sawit sebagai bahan baku green-fuel, agar bahan bakar yang dijual tetap terjangkau bagi masyarakat Indonesia. 

Konversi Kilang Plaju menjadi Green Refinery pertama di Indonesia telah dilakukan melalui serangkaian kajian dan ujicoba. Pada Agustus – September 2018, telah dilakukan ujicoba dengan metode Advanced Cracking Evaluation (ACE) Test yang menunjukkan RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) berpotensi dapat diolah di Kilang Plaju dengan skema co-processing. Co-Processing ini merupakan salah satu opsi metode produksi green-fuel melalui proses pengolahan bahan baku minyak nabati dengan minyak bumi secara bersamaan menjadi green fuel.  

Pada Oktober – November 2018, dilanjutkan penyiapan berbagai sarana dan prasarana seperti line, tangki dan jetty serta sekaligus menyiapan dry stock RBDPO. Pada Desember 2018, telah dilakukan ujicoba skema co-processing dengan injeksi RBDPO secara bertahap  2,5 hingga 7,5 persen. Hasilnya cukup menggembirakan, karena bisa memproduksi bahan bakar ramah lingkungan dengan octane number hingga 91,3. 

“Saat ini, unit RFCC Kilang Plaju yang berkapasitas 20,5 Million Barel Steam Per Day (MBSD) mampu menghasilkan green fuel yang lebih ramah lingkungan sebanyak 405 ribu barel per bulan setara 64.500 kilo Liter per bulan. Selain itu, kilang ini juga menghasilkan produksi elpiji ramah lingkungan sebanyak 11.000 ton per bulan,” ucap Nicke. 

Indonesia, merupakan negara pertama di dunia yang berhasil mengimplementasikan Co-Processing CPO (Crude Palm Oil) menjadi Green Gasoline dan Green LPG untuk skala komersial. Keberhasilan Green Refinery di Plaju, akan terus dikembangkan pada kilang lainnya seperti Kilang Cilacap, Balongan dan Dumai. Bahan bakar yang dihasilkan pun akan diperluas seperti Green Avtur dan Green Diesel yang lebih ramah lingkungan.

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2019