New York (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan Inisiatif Pengembalian Kekayaan Curian (Stolen Asset Recovery/StAR) sebenarnya tidak membidik orang-orang tertentu. "Bank Dunia mengatakan kepada saya, tidak pernah dan memang tak bermaksud membidik sasaran pihak tertentu, orang tertentu. Konsep tersebut akan dilakukan dengan negara mana pun yang memang menginginkan kerja sama dengan Bank Dunia dalam kerangka StAR," kata Presiden Yudhoyono kepada pers, Kamis, sebelum bertolak dari New York menuju Jakarta. Yudhoyono mengatakan hal itu ketika menjelaskan hasil pertemuannya dengan Presiden Bank Dunia, Robert Zoellick, di New York, yang sebelumnya banyak diberitakan media di tanah air diperkirakan akan banyak membahas mengenai kekayaan Indonesia yang kemungkinan dicuri oleh mantan Presiden Soeharto. Presiden mengatakan pertemuannya dengan Zoellick pada Senin (25/9) itu antara lain membahas mengenai keinginan Indonesia untuk bekerja sama dengan PBB dan Bank Dunia melalui StAR dalam upaya mengembalikan kekayaan negara yang dicuri. Yudhoyono tidak menyebutkan apakah keduanya juga membahas secara khusus tentang kekayaan Indonesia yang kemungkinan dicuri Soeharto. Yang pasti, ujarnya, ia telah mengumpulkan informasi tentang kemungkinan tersebut. "Sebelum bertemu dengan Zoellick, saya juga melakukan konfirmasi karena disebut-sebut sudah ada daftar tentang harta kekayaan mantan Presiden Soeharto," katanya. Ternyata, kata Presiden, ia tidak menemukan informasi apa pun tentang kemungkinan pencurian kekayaan oleh Soeharto. "Tidak ada satu informasi apa pun tentang itu, sumbernya yang jelas, dari mana dirujuk, atau informasi-informasi lain," ujarnya. Sebelumnya Menlu Hassan Wirajuda mengungkapkan bahwa pada Desember 2007, Bank Dunia dan Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB untuk Masalah Obat-obat Terlarang dan Kriminal (UNODC) akan berkunjung ke Indonesia untuk mengembangkan lebih lanjut bantuan teknis di bawah inisiatif StAR (Stolen Asset Recovery/Pengembalian Aset yang Dicuri) untuk Indonesia. Kunjungan UNODC dan Bank Dunia itu berkaitan dengan pelaksanaan konferensi tentang perubahan iklim yang akan berlangsung di Bali pada 13-14 Desember. Sebuah tabel dalam buku panduan StAR yang diluncurkan PBB dan Bank Dunia pada 17 September lalu menempatkan Soeharto pada urutan pertama dari daftar 10 pemimpin politik dunia yang diperkirakan mencuri kekayaan negara dalam jumlah besar selama kurun waktu beberapa puluh tahun terakhir. Daftar tersebut mencantumkan bahwa `Mohamed Suharto (1967-1998)` pada urutan teratas tabel "Perkiraan Dana yang Dicuri dari 9 Negara", dengan kekayaan yang diperkirakan dicuri Soeharto berjumlah 15 miliar dolar hingga 35 miliar dolar AS. Disiapkan TI Daftar 'Perkiraan Dana yang Kemungkinan Dicuri dari Sembilan Negara' disiapkan oleh Transparency Internasional (TI) menurut data tahun 2004 dan Bank Dunia. Namun menurut TI, pemimpin dunia yang tercantum dalam daftar tidak berarti menjadi 10 pimpinan dunia terkorup. TI juga mengungkapkan bahwa sumber-sumber yang dijadikan bahan untuk membuat daftar itu didapat melalui informasi dari berbagai media massa. Satu-satunya informasi yang didapatkan secara resmi dari sumber suatu negara adalah dari Peru, yaitu berkaitan dengan kemungkinan keterlibatan mantan Presiden Alberto Fujimori dalam menghilangkan kekayaan negara tersebut. Pemimpin politik dunia lainnya yang diperkirakan mencuri kekayaan negara adalah Ferdinand Marcos dari Filipina (1972-1986) dengan 5-10 miliar dolar, Mobutu Sese Seko dari Zaire (1965-1997) dengan lima miliar dolar, Sani Abacha dari Nigeria (1993-1998) dengan 2-5 miliar dolar serta Slobodan Milosevic dari Serbia/ Yugoslavia (1989-2000) dengan satu miliar dolar. Di bawah mereka, terdapat nama Jean-Claude Duvalier dari Haiti (1971-1986) yang diperkirakan mencuri 300-800 juta dolar, Alberto Fujimori dari Peru (1990-2000) dengan 600 juta dolar, Pavio Lazarenko dari Ukraina (1996-1997) dengan 114 hingga 200 juta dolar, Arnoldo Aleman dari Nikaragua (1997-2002) dengan 100 juta dolar dan Joseph Estrada dari Filipina (1998-2001) dengan 70 hingga 80 juta dolar. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007