Jakarta (ANTARA News) - Buruh-buruh di Bangladesh yang mengerjakan pembuatan kaus amal Spice Girls ternyata cuma dibayar 35 pence atau sekira Rp6.500 sejam, demikian laporan investigasi Guardian yang dirilis Minggu (20/1).

Kaus warna putih bertuliskan "#IWannaBeASpiceGirl" di depan dan "gender justice" di bagian belakang itu kebanyakan dibuat oleh buruh wanita yang dipaksa bekerja 16 jam sehari dan disebut "anak pelacur" oleh manajer mereka jika tak mencapai target.

Sehelai kaus dijual seharga 19,40 poundsterling (sekira Rp355.000) dan akan didonasikan ke Comic Relief untuk membantu "memperjuangkan kesetaraan bagi perempuan".

Badan amal itu akan menerima 11,60 poundsterling (sekira Rp209.000) untuk masing-masing T-shirt, yang ditugaskan dan dirancang oleh girl band itu, tetapi Comic Relief mengatakan belum menerima uang tersebut.

Mengumumkan kemitraan, Spice Girls mengatakan gerakan ini penting bagi mereka karena "kesetaraan dan pergerakan kekuatan orang-orang selalu menjadi denyut jantung band".
 
Kaus tersebut turut dipromosikan oleh sederet selebritis mulai dari presenter Holly Willoughby, penyanyi Sam Smith and Jessie J, dan juara Olimpiade Jessica Ennis-Hill.

Pabrik di mana para buruh mengerjakan kaus itu sebagian dimiliki oleh seorang menteri di pemerintah koalisi otoriter Bangladesh, yang memenangi 96 persen suara bulan lalu dalam pemilihan yang digambarkan sebagai "konyol" oleh para kritikus. Tidak ada saran dari para selebritas yang mengetahui kondisi di pabrik.

Seorang juru bicara Spice Girls mengatakan mereka "sangat terkejut" dan secara pribadi akan mendanai penyelidikan kondisi kerja pabrik. Comic Relief mengatakan bahwa badan amal itu "terkejut dan khawatir".

Kedua pihak mengatakan bahwa mereka telah memeriksa kredensial sumber etis dari Represent, pengecer online yang ditugaskan oleh Spice Girls untuk membuat kaus, tetapi kemudian berganti produsen tanpa sepengetahuan mereka. Represent mengatakan bahwa mereka mengambil "tanggung jawab penuh" dan akan mengembalikan uang pelanggan berdasarkan permintaan. Band tersebut mengatakan Represent harus menyumbangkan keuntungan untuk "kampanye dengan maksud untuk mengakhiri ketidakadilan tersebut".

Perusahaan di belakang pabrik yang membuat kaus, Interstoff Apparels, mengatakan temuan itu akan diselidiki tetapi "sama sekali tidak benar". Namun, katalog bukti tentang kondisi yang dihadapi oleh karyawan itu ditemukan, termasuk tuduhan bahwa:

Beberapa pekerja cuma menerima 82 poundsterling (sekira Rp1.500.000) per bulan, menurut slip gaji baru-baru ini - yang berarti mereka mendapatkan setara dengan Rp6.500 per jam selama 54 jam per minggu. Jumlahnya jauh di bawah tuntutan serikat pekerja yakni 16.000 Taka (sekira Rp2.700.000).

Karyawan dipaksa bekerja lembur untuk mencapai target "mustahil" menjahit ribuan pakaian sehari, yang berarti mereka kadang-kadang bekerja dengan shift 16 jam yang selesai pada tengah malam.

Pekerja pabrik yang tidak mencapai target dilecehkan secara verbal oleh manajemen dan menangis. Beberapa telah dipaksa untuk bekerja meskipun saat sedang sakit.

Industri garmen menyumbang 80 persen dari ekspor Bangladesh, mempekerjakan lebih dari empat juta pekerja. Sementara industri garmen membantu pertumbuhan ekonomi negara itu, industri telah dilanda kontroversi upah rendah dan kondisi kerja yang tidak aman.

Pada 2013, 1.134 orang meninggal ketika gedung Rana Plaza runtuh karena kegagalan struktural.

Baca juga: Mel B "Spice Girl" gugat cerai suami
Baca juga: 20 tahun bersahabat, Spice Girls pamer "girl power"

Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2019