Investasi ini mengarah kepada pengembangan sektor menengah atau midstream, seperti bidang pemintalan, penenunan, pencelupan, dan pencetakan.
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan perang dagang antara Amerika Serikat dengan China menciptakan peluang baru bagi Indonesia, tercermin dari beberapa perusahaan manufaktur Negeri Tirai Bambu yang ingin memindahkan basis produksinya ke Indonesia demi menghindari tarif tinggi yang dikenakan AS.

“Beberapa industri tekstil dan alas kaki global sedang mempertimbangkan pemindahan pabrik dari China ke Indonesia,” kata Airlangga lewat keterangan resmi diterima di Jakarta, Kamis.

Airlangga menyampaikan, pada 2019, ada investor China yang bakal menanamkan modalnya sebesar Rp10 triliun di sektor industri tekstil. 

Investasi ini mengarah kepada pengembangan sektor menengah atau midstream, seperti bidang pemintalan, penenunan, pencelupan, dan pencetakan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia dinilai menjadi salah satu negara tujuan utama bagi investor China. 

Ini seiring pula dengan komitmen pemerintah yang terus menciptakan iklim investasi kondusif dan memberikan kemudahan dalam proses perizinan usaha. 

“Salah satu contohnya, para investor dari China membangun kawasan industri baru di Sulawesi Tengah, yang selama lima tahun ini telah berinvestasi sebanyak 5 miliar dolar AS dan ekspor dari lokasi tersebut sudah mencapai 4 miliar dolar AS,” paparnya. 

Menurut Menperin, selain ada penambahan investasi baru, perang dagang AS-China juga membawa dampak bagi pelaku industri di Indonesia untuk memacu utilitas atau kapasitas produksinya dalam upaya mengisi pasar ekspor ke dua negara tersebut. 

“Kita telah ekspor baja ke AS, sehingga harapannya bisa memasukkan lebih banyak lagi produk itu,” tuturnya. 

Pada Januari-November 2018, ekspor besi dan baja RI ke AS melonjak hingga 87,7 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan total ekspor RI ke AS tercatat tumbuh 3 persen pada periode yang sama.
 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2019