Jakarta (ANTARA News) - Eksekutif Mercedes-Benz, Wilko Stark mengatakan pada Kamis (24/1) waktu setempat bahwa Daimler AG akan memperdalam kemitraannya dengan pemasok mobil China setelah mereka seringkali memimpin dalam teknologi mobilitas listrik dan terhubung di AS serta rival Eropanya.

Stark, yang saat ini menjabat sebagai kepala Pengadaan dan Kualitas Pemasok di Mercedes-Benz mengatakan, peralihan ke mobil listrik dan yang terhubung membuatnya lebih tergantung pada kimia sel baterai dan keahlian kendaraan yang terhubung dari luar perusahaan.

“Kami akan memikirkan kemitraan di beberapa bidang. Peran kemitraan secara keseluruhan akan semakin penting, ” kata Stark saat konferensi pers di Stuttgart guna membahas strategi pengadaan pembuat mobil Jerman, seperti dikutip dari Reuters, Jumat.

Stark menambahkan bahwa Mercedes-Benz akan lebih bergantung pada pemasoknya untuk mengambil peran utama di bidang penelitian dan pengembangan serta untuk mengidentifikasi potensi penghematan biaya melalui optimalisasi proses.

“Kami akan mengintensifkan pencarian pemasok Cihna. Cihna lebih maju daripada Amerika Serikat di banyak bidang inovasi digital, ” tambahnya.

"China akan secara dramatis meningkatkan kepentingannya," kata Stark mengacu pada mitra pemasok yang berbisnis dengan Mercedes-Benz.

China, pasar di mana merek mobil penumpang mewah terjual 674.125 unit pada tahun lalu, hal ini menetapkan langkah dalam hal meluncurkan mobilitas listrik dan layanan digital seperti sistem pembayaran berbasis ponsel, memberikan pemasok lokal keunggulan atas pesaing Eropa dan Amerika Serikat.

“Di bidang layanan konektivitas, orang China lebih maju daripada orang Amerika; kami tidak punya pilihan selain memperdalam hubungan kami dengan para pemasok ini, ” katanya, sembari menyebut Alibaba dan Tencent sebagai pemain terkemuka.

Daimler juga berpikir tentang aliansi yang lebih luas pada baterai, mengingat tantangan potensi pelanggaran etika atau hak asasi manusia dalam penambangan mineral tanah seperti kobalt, yang sering ditemukan di zona konflik, tetapi diperlukan untuk mobil listrik baterai.

"Tapi tidak ada keputusan formal di bidang ini," tambah Stark.

Mercedes juga mencari pemasok untuk mencari tahu apakah produsen mobil Jerman itu dapat menggunakan baterai kendaraan listrik yang lebih kompak dan ringan.

Stark mencatat bahwa baterai yang lebih padat dan lebih murah dengan waktu pengisian yang lebih pendek juga dapat memungkinkan Mercedes menurunkan biaya mobil listrik lebih dekat dengan varian mesin pembakaran yang setara.

"Volume dan berat keseluruhan sama pentingnya dengan kepadatan energi," kata Stark, merujuk pada sel baterai.

Dengan membundel pesanan komponen untuk kendaraan konvensional dan listrik dengan pemasok yang sama, Mercedes-Benz berharap dapat membantu basis pemasoknya mengelola transisi antara mobil listrik dan non-listrik.

Secara terpisah, Stark mengatakan penggantian Carlos Ghosn sebagai ketua Renault tidak akan berdampak pada aliansi antara Renault dan Mercedes.

“Kami memiliki kerja sama yang relatif stabil dan perjanjian pasokan dengan Renault-Nissan. Hubungan pasokan ini stabil dan akan tetap tidak berubah, ”kata Stark.

Renault pada hari Kamis (24/1) menunjuk bos Michelin Jean-Dominique Senard sebagai ketua barunya setelah Carlos Ghosn terpaksa mengundurkan diri akibat skandal keuangan yang telah mengguncang produsen mobil Prancis dan mitranya Nissan.

Baca juga: Mercedes Benz akan rilis kendaraan all electric di pasar Asia
Baca juga: Ratusan kendaraan mewah di Makassar tunggak pajak
Baca juga: Hadir dengan sembilan varian, Fuso Fighter resmi meluncur secara nasional
Penerjemah: Chairul Rohman
Copyright © ANTARA 2019