Hal terpenting dalam menjual properti adalah database dari target pasar
Jakarta (ANTARA News) - Bryan Wijaya (25) dalam usianya yang masih sangat muda sudah mampu menghasilkan dari bisnis properti bernilai miliaran rupiah serta kini menjadi komisaris dua perusahaan yang bergerak di sektor ini.

Bryan dalam bincang-bincang dengan Antara, di Jakarta, Jumat,  berterus terang keberhasilannya di sektor properti karena memanfaatkan teknologi digital yang dikuasainya sejak mengikuti program diploma bidang properti di Australia.

"Belajar dari Amazon yang sukses memanfaatkan teknologi digital, maka hal yang sama diterapkan di dunia properti. Kuncinya data mengenai konsumen harus dikuasai," kata pemuda yang saat usia 18 tahun sudah memiliki penghasilan Rp1 miliar dari bisnis yang dijalankan.

Berbekal kegemarannya dengan mata pelajaran matematika dikombinasikan dengan orang tua seorang pedagang (trader) di pasar modal membuatnya menjadi mandiri dari sisi bisnis di usia muda.

Bryan mengaku kemampuannya berbisnis properti banyak ditempa saat belajar di Australia, bahkan di negara tersebut dirinya sudah menjalankan bisnis properti serta kembali mampu menghasilkan miliaran.

"Saya melihat penjualan produk properti di Indonesia masih menggunakan cara-cara konvensional dengan menyodorkan spesifikasi teknis bangunan. Padahal banyak hal yang dapat ditawarkan agar pasar bisa menyerap," jelas dia.

Bryan mengatakan, awal yang diterapkan di bisnis properti dengan membuat target pasar, hanya saja jangan berharap dari target tersebut 100 persen dapat dicapai. Sebut tercapai 50 persen sudah bagus, namun dari target tersebut data harus sudah dipegang.

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui kebiasaan dari konsumen sebagai contoh saat ini populasi di Indonesia mayoritas diisi usia 20 sampai 30 tahun yang akan memegang peranan dalam pembangunan ke depannya.

Kemudian dari jumlah itu bisa dipecah-pecah sesuai kelasnya seperti untuk kelas menengah bawah maka yang menjadi prioritas masih di sektor asuransi kesehatan, sedangkan di kelas menengah masih berkaitan dengan gadget, sedangkan untuk menengah atas lebih mengarah kepada gaya hidup seperti mobil dan jam tangan.

Bryan menjelaskan awal dari bisnis yang properti yang di jalankan di Australia yakni membeli rumah-rumah yang masih dalam masa angsuran bank.

"Di sini harus menguasai pasar siapa yang akan dituju. Saya bisa berhasil karena bisa memberikan uang muka dan angsuran yang terjangkau bagi pembeli," ujar dia.

Bryan mengatakan  bisnis properti  yang dijalankan tersebut semuanya berbasis teknologi informasi dengan memfanfaatkan website dan media sosial atau dikenal sebagai digital marketing.

Sukses dalam digital marketing ini ditularkan di Indonesia setelah berhasil menjual habis tanah kavling di kawasan Nagrek Jawa Barat dengan harga hanya Rp40 juta saja untuk tanah seluas 60 meter persegi, kata penggemar Game Online ini.

Digital Marketing di bisnis properti ini, kata Bryan, sudah disiapkan perangkatnya bagi masyarakat yang ingin menggelutinya bisa bergabung termasuk mempraktekan berjualan. 

Baca juga: REI targetkan pertumbuhan sektor properti 10 persen pada 2019

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019