Pangkalpinang (ANTARA News) - Kian sulitnya mendapatkan bahan baku memaksa Singapura merevisi target produksi pemurnian balok timah dari 36 ribu ton per tahun menjadi hanya 18 ribu ton atau 1.500 ton per bulan. "Saya kira tidak hanya Singapura, tapi seluruh dunia kekurangan bahan baku sejak adanya penertiban tambang timah di Bangka. Syukur kita bisa atasi setelah Mei dan Juni ekspor timah Indonesia mulai kembali diperkenankan," kata Direktur Singapura Tin Industri, Petrus Chandra, di Pangkalpinang, Senin. Sekarang pasokan bahan baku untuk industri pemurnian bijih timah di Singapura tidak hanya dari Indonesia. STI juga mendapatkannya dari Vietnam dan Myanmar. Melihat sulitnya mendapatkan bahan baku, Petrus mengatakan, satu-satunya industri pemurnian timah (smelter) di Singapura yaitu STI mencoba untuk konservatif dengan menekan target produksi. Singapura menggunakan balok timah dari Indonesia untuk dimurnikan kembali menjadi kadar 99,95 hingga 99,99 persen. Balok Timah asal Indonesia di ekspor dalam kadar 99,85 persen sesuai standar dari London Metal Exchange (LME), pasar tempat transaksi timah dunia selain Kuala Lumpur Tin Market (KLTM). Balok timah asal Indonesia setelah dimurnikan digunakan lagi untuk industri hilir di Singapura selain ekspor. Kemampuan pemurnian sangat besar dan di atas target konservatif 18 ribu ton pertahun. "Kita produksi timah untuk industri Tin Chemical, Stabilizer, Oxide dan lainnya. Pasar untuk industri di Singapura hanya 500 ton balok timah murni pertahun, sedangkan yang lainnya di ekspor," ujar Petrus. Petrus menegaskan, di Indonesia balok timah lebih banyak digunakan untuk industri otomotif seperti memasok timah untuk merangkai komponen bagi produsen mobil merek Toyota, Honda dan sebagainya. Singapura lebih banyak bermain untuk keperluan timah bagi industri kimia negaranya. Dalam bidang pertimahan, Petrus menilai Bangka merupakan tempat terbaik untuk berinvestasi. Tidak hanya STI dan Yunan Tin (BUMN) asal China yang sudah investasi, tapi perusahaan dari negara lain juga akan melibatkan diri bila sudah mengenal dan yakin dengan kondisi keamanan di Indonesia dan Bangka Belitung khususnya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007