Jakarta (ANTARA News) - Pengembangan digital talent atau keahliah digital di Indonesia perlu terus didorong dan dipercepat untuk menyambut hadirnya Internet of Things (IoT) pada era teknologi 5G mendatang.

Digital talent merupakan salah satu elemen penting untuk membangun ekosistem digital, khususnya dalam pengembangan aplikasi, karena tanpa aplikasi IoT hanya sebatas perangkat semata-mata, kata Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI), Kemkominfo, Ismail.

“Isu IoT ini bukan soal device atau perangkat semata, masih banyak elemen lain yang jauh lebih penting dan lebih besar yang perlu kita percepat pengembangannya, salah satunya adalah masalah digital talent,” kata Ismail dalam acara Capacity Building Internet of Things di Jakarta, Selasa, sebagaimana dikutip dari siaran pers.

Bagaimanapun untuk bisa menyukseskan program Indonesia 4.0 atau Industry 4.0 Indonesia yang sudah dicanangkan Bapak Presiden (Presiden Joko Widodo) dan para menteri terkait, IoT merupakan hal yang sangat penting, yang di dalamnya ada banyak elemen, salah satunya digital talent.

Digital talent, lanjut Ismail, merupakan poin penting untuk membangun ekosistem, yang membangun aplikasi, menumbuhkan makers (pengembang). Tanpa aplikasi yang dibangun oleh para makers ini maka IoT hanyalah persoalan device semata-mata dan bisa tidak implemented (tidak sesuai untuk implementasi) situasi di Indonesia.

Baca juga: Kominfo ajak industri bersinergi dukung ekonomi digital

“Dan situasi di Indonesia sekarang, pada semua sektor, sangat tergantung pada proses transformasi digital. Tranformasi digital ini akan mengubah business process pada semua sektor. Ini semua sektor akan mengalami hal seperti itu,” katanya.

Dalam sektor transportasi dan logistik, jelas Ismail, IoT akan membuat proses bisnis sektor ini menjadi lebih efisien. Juga pada sektor lain, seperti pertanian, keuangan atau perbankan, dan lain-lain.

Semua sektor itu harus melalui transformasi digital karena demand (permintaan) masyarakat akan berkembang sangat cepat. Masyarakat Indonesia sekarang ini sudah sangat tergantung dengan konektivitas dan telah menggunakan internet dalam kehidupan sehari-hari.

Sektor-sektor itu, kata Ismail, harus bertransformasi ke teknologi digital karena jika tidak mereka akan hanya menjadi penonton. Sudah banyak contoh-contoh kasus mengenai hal itu, termasuk bagaimana Gojek telah mengubah budaya bertransportasi di Indonesia, kemudian matinya bisnis mainan anak-anak konvensional di dunia.

Baca juga: Optimisme anak muda pacu ekonomi digital

Transformasi digital ini harus terus dibangun, yang menurut Ismail utamanya adalah berkaitan dengan mindset. “Teman-teman yang bergerak dalam industri ini harus punya mindset baru, bagaimana transformasi digital ini akan mendorong efisiensi baru, revenue baru, dari model bisnis baru.”

Contoh-contoh lain, jelas Ismail, banyak perusahaan akomodasi besar dunia bisa sukses meskipun tidak punya hotel, tidak membangun kamar hotel, Gojek dan Grab tidak punya armada sendiri, yang punya mobil orang lain, dan semua ini dibangun dari konektivitas digital.

“Nah dengan IoT nanti ini akan semakin diperkuat dan diperluas. IoT akan mengkoneksikan tidak hanya orang dengan orang, tapi juga machine to machine atau perangkat dengan perangkat, connect to everything,” kata Ismail menambahkan.

Baca juga: Menkominfo sebut Indonesia merdeka internet 2020

Pewarta: Suryanto
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2019