Jakarta (ANTARA News) - Sebagian orang mungkin pernah merasa cemas saat akan atau sedang menjalani peran sebagai orang tua dan ini wajar, menurut psikolog anak dan keluarga, Dr. Rosemini Agoes Salim, M.Psi. 

"Saat ibu hamil, ada banyak pertanyaan. Banyak kecemasan. Apalagi bayi pertama, antara senang dan bingung, menimbulkan kecemasan," ujar dia yang akrab disapa Rommy itu di Jakarta, Selasa. 

Hanya saja, cemas boleh asalkan tidak berlebihan karena bisa berisiko menimbulkan overstimulasi yang berujung pemberian stimulasi pada anak tidak optimal. 

Saat kecemasan berlebihan, ada satu titik yang dinamakan baby blues atau depresi pascamelahirkan. Kondisi ini bisa berlangsung enam bulan hingga setahun dan perlu segera mendapat penanganan agar tak bertambah serius. 

"Sementara kecemasan yang rendah pada ayah dan bunda cenderung berpotensi menyebabkan kurangnya stimulasi serta melalaikan masalah," kata dia. 

Baca juga: Ayah perlu bangun kedekatan dengan anak, caranya?

Baca juga: Bermain agar orangtua dan anak jadi dekat


Menurut Rommy, rasa cemas yang menerpa orangtua bisa berdampak pada perilaku mereka mengurus anak mereka. Oleh karenanya, sekalipun cemas itu wajar tetapi harus dikendalikan. 

Untuk mengendalikan sekaligus mengatasinya, orangtua harus memperbanyak pengetahuan, memilah informasi yang mereka terima dan melakukan stimulasi yang tepat dan tidak semata berdasarkan tren.

Kate Sweeny, seorang profesor psikologi dari University of California, Riverside melalui tulisannya yang dipublikasikan dalam Social and Personality Psychology Compass, berpendapat bahwa merasa khawatir berhubungan dengan munculnya perilaku positif.

"Tampaknya terlalu banyak atau terlalu sedikit kekhawatiran bisa mengganggu motivasi, tapi kekhawatiran yang tak berlebihan tak masalah," kata Sweeny.

Lalu apa yang harus dilakukan kala rasa khawatir melanda? Menurut Sweeny, itu mungkin isyarat kalau Anda perlu segera bertindak.

Baca juga: Memijat bayi tidak perlu ke dukun pijat, kata dokter

Baca juga: Ada kecenderungan orangtua beri anak makanan pabrikan

Baca juga: Psikolog: pertahankan waktu berkualitas bersama anak

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2019