Jakarta, (ANTARA News) - Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang merupakan lembaga di bawah PT Riset Perkebunan Nusantara mengembangkan penggunaan biodiesel 50 persen pada pencampuran minyak solar atau B50 untuk kendaraan roda empat.

 

“Penelitian ini dalam rangka adanya pembatasan-pembatasan dari negara pengimpor produk sawit asal Indonesia,” kata Komisaris Holding PT Perkebunan Nusantara Muhammad Syakir di Jakarta, Rabu.

 

Menurut Syakir, pengembangan B50 mulai dilakukan sebagai antisipasi Indonesia sebagai negara penghasil sawit terbesar di dunia, apabila pembatasan dari negara tujuan ekspor tersebut semakin besar.

 

Syakir memaparkan, penelitian yang dilakukan secara inisiatif ini juga untuk meyakinkan berbagai pihak bahwa Indonesia siap memanfaatkan produk sawit lebih besar dari segi sumber daya manusia maupun teknologinya.

 

“Sehingga Indoesia memiliki peluang besar untuk memanfaatkan Crude Palm Oil (CPO) nya sehingga tidak ketergantungan kepada ekspor,” ungkap Syakir yang juga Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang) Kementerian Pertanian itu.

 

Dalam hal ini, PPKS telah menguji sebuah mobil Multi Purpose Vehicle (MPV) berbahan bakar B20 untuk jarak tempuh 2.000 kilometer, di mana hasilnya akan segera dipublikasi.

 

Syakir menyampaikan, beberapa keunggulan bahan bakar biodiesel antara lain mampu diproduksi di dalam negeri, non-toksik, ramah lingkungan dan bio-degradabel.

 

Selain itu, bahan baku biodiesel berupa minyak nabati juga terdapat di Indonesia, serta dalam produksinya melibatkan jutaan petani.

 

“Ini baru awal, kami akan lebih menajamkan pengembangannya dengan bekerja sama lebih komprehensif, misalnya lembaga riset lain, industri otomotif dan Pertamina,” pungkasnya.


Baca juga: Aprobi dukung percepatan mandatori biodiesel
Baca juga: Pemerintah diharapkan tetap fokus kembangkan biodisel

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019