Kami melakukan pendampingan terhadap eks narapidana kasus terorisme Poso. Pendampingan ini untuk menggagas mereka sebagai pelopor perdamaian di Sulawesi Tengah
Palu, 2/1 (ANTARA News) - Wisdom Institute Sulawesi Tengah menggagas suatu gerakan pembinaan dan pendampingan untuk mendorong mantan  narapidana terorisme Poso menjadi pelopor perdamaian di provinsi itu.

"Kami melakukan pendampingan terhadap eks narapidana kasus terorisme Poso. Pendampingan ini untuk menggagas mereka sebagai pelopor perdamaian di Sulawesi Tengah," kata Direktur Eksekutif Wisdom Institute Sulawesi Tengah, Dr Lukman S Thahir di Palu, Jumat.

Terdapat lima mantan narapidana kasus terorisme di Poso yang didampingi dan dibina oleh Wisdom Institute Sulawesi Tengah. Mereka memiliki latar belakang yang berbeda.

Lukman S Thahir, akademisi IAIN Palu yang peduli dan aktif meneliti tentang terorisme di Sulteng menguraikan, lima mantan narapidana itu terlibat dalam kasus yang berbeda mulai dari pelaku hingga sebagai otak intelektual.

Mantan Sekjen PB Alkhairaat itu telah melakukan penelitian terhadap mantan narapidana terorisme sejak tahun 2016-2019. Penelitian yang ia lakukan diikutkan dengan pembinaan mental dan intelektual di Lapas Petobo dan Ampana, dengan mengedepankan pendekatan budaya/kearifan lokal.

Terkait menggagas mantan narapidana sebagai pelopor perdamaian, ia menjelaskan, sebelum dilakukan pendampingan dan pembinaan diawali dengan riset berbasis kebutuhan mantan narapidana.

Hasil riset itu, kata Lukman Thahir, akan ditindak lanjuti dengan menggelar diskusi kelompok terarah (FGD). FGD itu melibatkan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan  terkait lainnya untuk pemenuhan hak-hak mantan narapidana tersebut.

"Misalnya, usai keluar dari lapas, ada napi yang ingin menjadi tukang. Maka perlu melibatkan BLK, untuk mengasah keterampilannya," ujar Lukman S Thahir.

Setelah FGD itu, katanya, lalu ditindak lanjuti dengan klinik bimbingan (coaching clinik). Klinik bimbingan salah satunya bertujuan untuk membentuk mantan narapidana menjadi seorang orator, yang dapat berbicara di depan umum.

"Karena mereka akan menjadi pelopor. Maka perlu dilatih, dibimbing mengasah kemampuan berbicara (orator)," katanya.

Tahapan terakhir, yaitu rencan aksi dalam rangka pencegahan tumbuh dan berkembang faham radikalisme dan intoleransi, demikian Lukman S Thahir.

Baca juga: Wapres harapkan Pesantren Gontor di Poso bawa Islam moderat

Baca juga: 83 Mantan Narapidana Kerusuhan Poso Berharap Bantuan

Baca juga: Kemah Kampung Damai digelar di Poso

Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019