Budaya 'Kalesang' menjadi kunci utama sumber air dapat tetap terjaga dan bermanfaat dalam jangka panjang untuk masyarakat
Ambon, (ANTARA News) - Wakil Wali Kota Ambon, Maluku, Syarif Hadler, meminta warganya untuk meningkatkan budaya "kalesang" (merawat, melestarikan) dalam menjaga potensi sumber daya air, sehingga bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Budaya 'Kalesang' menjadi kunci utama sumber air dapat tetap terjaga dan bermanfaat dalam jangka panjang untuk masyarakat," katanya saat penyerahan dan peresmian sumur artesis bantuan Kementerian Energi Sumber Daya Alam (ESDM) di Negeri Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe, Ambon, Provinsi Maluku, Jumat.

Menurutnya, warga harus ikut budaya "kalesang" sumur artesis dengan kedalaman lebih dari 100 meter tersebut, sehingga bermanfaat untuk kepentingan bersama dalam jangka panjang, serta digunakan sesuai kebutuhan dan tidak boros.

Pemkot Ambon, ujar Wawali, dengan luas wilayah 377 kilometer persegi, saat ini Kota Ambon mengalami masalah krusial menyangkut penyediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Sumber air yang dimanfaatkan masyarakat di Ambon untuk memenuhi kebutuhannya berasal di antaranya bersumber dari sumur pompa tangan atau sumur bor, sumur gali, perlingan mata air (PMA), penampungan air hujan dan perusahaan penyedia air minum, yakni PDAM dan PT Dream Sukses Airindo (DSA).

Ia mengemukakan ketersediaan dan potensi air bersih di Ambon, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, semakin menurun dari tahun ke tahun, disebabkan pembangunan yang tidak memperhatikan aspek pelestarian lingkungan, termasuk penebangan pohon secara sembarangan dan peralihan fungsi daerah resapan air menjadi kawasan pemukiman.

"Karena itu diharapkan bantuan sumur artesis ini dapat bermanfaat membantu masyarakat mendapatkan akses air bersih secara mudah," katanya.
 
GERAKAN KALESANG SAMPAH - Sejumlah siswa SMA menggunakan pakaian dari bahan daur ulang sampah membawakan musik dengan bahan bahan daur ulang saat pencanangan Gerakan Kalesang (Peduli) Sampah di Ambon, Maluku, Jumat (13/3). Selain musik dari bahan daur ulang, pencanangan tersebut juga diwarnai dengan lomba peragaan busana dari bahan daur ulang serta lomba mewarnai tempat sampah. (ANTARA FOTO/Izaac Mulyawan/Rei/ama/15)



Wawali juga menyatakan apresiasi yang tinggi serta terima kasih atas kerja keras Anggota Komisi VII, DPR-RI Daerah Pemilihan (Dapil) Maluku, Mercy Chriesty Barends bersama Kementerian ESDM sehinga dapat dibangun sumur artesis di negeri tersebut.

"Penempatan sumur artesis ini sangat tepat, mengingat warga yang bermukim di sekitar dusun ini sejak puluhan tahun tidak bisa menikmati air bersih, karena kantor wilayahnya berkarang dan ketinggian," katanya.

Sedangkan menyangkut instalasi pipa hingga masuk ke rumah-rumah warga, katanya, pemerintah desa dapat memanfaatkan alokasi dana desa (ADD) maupun dana desa (DD) untuk membangunnya.

"Nanti sistem pengelolaan air sumur ini dapat diserahkan kepada Badan usaha Milik desa (BUMDes)," kata Syarif Hadler.

Direktur Teknik Lingkungan Kementerian ESDM, Sri Raharjo mengatakan sumur bor tersebut memiliki spesifikasi teknis yakni kedalaman antara 100-125 meter, debit air rata-rata dua liter/detik dengan konstruksi pipa besi galvanis berdiameter enam inci.

Pasokan listrik sumur bor berasal dari genset dengan kapasitas 12 kilo volt amper (KVA), menggunakan pompa selam (submersible) berkapasitas tiga PK serta dilengkapi dengan rumah genset, rumah pompa dan bak penampungan air berkapasitas 5.000 liter.

Baca juga: Debit PDAM turun, krisis air bersih ancam Kota Ambon

Baca juga: Potensi Air Baku Kota Ambon Memprihatinkan

Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019