Istanbul (ANTARA News) - Turki telah mempertahankan komunikasi tingkat rendah dengan pemerintah Suriah, kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Minggu (3/2), meski Ankara mendukung gerilyawan yang telah bertahun-tahun berperang untuk menggulingkan Presiden Suriah Bashar al Assad.

Erdogan menggambarkan Bashar sebagai "seorang teroris" dan dalam delapan tahun konflik Suriah dia telah beberapa kali mengatakan bahwa pemimpin Suriah itu harus mundur. Tapi, dengan dukungan dari Rusia dan Iran, Bashar berhasil merebut sebagian besar wilayah Suriah dari tangan gerilyawan, dan memukul mundur kelompok gerilyawan dari sebagian besar bekas benteng mereka.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada Desember mengatakan bahwa Turki dan negara-negara lain akan mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan Bashar jika dia menang dalam pemilihan umum yang demokratis. Dia juga mengatakan bahwa Ankara bulan lalu melakukan kontak tidak langsung dengan Damaskus melalui Rusia dan Iran.

Erdogan pada Minggu mengatakan Turki juga menjalin kontak langsung dengan pemerintah Suriah.

"Kebijakan luar negeri dengan Suriah berlanjut di tingkat rendah," kata Erdogan dalam sebuah wawancara dengan stasiun penyiaran TRT. Dia menambahkan bahwa dinas intelijen beroperasi dengan cara yang berbeda dari para pemimpin politik.

"Para pemimpin bisa saja tidak berhubungan. Tapi satuan-satuan intelijen dapat berkomunikasi untuk kepentingan mereka," kata Erdogan. "Bahkan jika Anda bermusuhan, Anda tidak boleh memutuskan hubungan. Anda akan membutuhkannya nanti."

Washington sebelumnya mengatakan bahwa zona aman yang mereka ajukan dapat meredakan kekhawatiran Turki karena mencegah adanya ancaman lintas perbatasan dari gerilyawan Kurdi YGP di Suriah Utara. Zona aman itu juga mencegah operasi militer Turki terhadap YPG.

Pada Desember, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengeluarkan pengumuman dadakan mengenai niatnya untuk menarik 2.000 tentara AS dari Suriah. Langkah itu menuai keberatan dari para penasehat tingginya termasuk Menteri Pertahanan Jim Mattis --yang mengundurkan diri sebagai bentuk protes. Salah satu kekhawatiran utama atas keputusan Trump tersebut adalah nasib YGP bila pasukan AS mundur.

YPG telah menjadi sekutu utama pasukan AS dalam memerangi ISIS di Suriah. Turki, di sisi lain, menganggap YGP sebagai teroris sama seperti kelompok terlarang Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang mengangkat senjata di wilayah mayoritas Kurdi di Turki Tenggara sejak 1980-an.

Erdogan dijadwalkan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Iran Hassan Rouhani untuk pembicaraan mengenai Suriah di kota wisata Sochi pada 14 Februari mendatang.

Baca juga: Erdogan katakan Turki siap ambil alih Kota Manbij, Suriah
Baca juga: Turki akan minta AS serahkan pangkalan militernya di Suriah



Sumber: Reuters
Penyunting: I Wayan Yoga H/ Chaidar Abdullah

Pewarta: Antara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019