London (ANTARA) - Vaksin yang diberikan kepada para perempuan untuk melindungi mereka dari virus penyebab kanker serviks merupakan alat kesehatan "kritis" dan aksesnya harus ditingkatnya secepat mungkin, khususnya di negara-negara miskin, kata para ahli kanker, Senin.

Data dari Lembaga Penelitian Kanker Internasional (IARC), lembaga di bawah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan sekitar 570.000 kasus baru kanker serviks didagnosis di seluruh dunia pada 2018. Jumlah itu membuat kanker serviks menjadi penyakit kanker terbanyak keempat di dunia yang menyerang perempuan.

Setiap tahunnya, lebih dari 310.000 perempuan meninggal akibat kanker serviks. Sebagian besar kasus itu terjadi di negara-negara miskin, tempat tingkat imunisasi terhadap human papillomavirus (HPV) masih rendah.

Di negara-negara makmur, beberapa pegiat antivaksin juga mendorong para orang tua untuk menolak vaksinasi terhadap anak-anak mereka, sehingga membuat mereka rentan, kata IARC.

"Kabar tidak berdasar mengenai vaksin HPV seperti itu telah menunda atau menghalangi upaya peningkatan vaksinasi," kata direktur IARC Elisabete Weiderpass dalam sebuah pernyataan.

Menurutnya, IARC berkomitmen untuk memerangi kanker serviks dan "dengan tegas mengonfirmasi kemanjuran dan keamanan" vaksin HPV.

Perusahaan farmasi Inggris GSK membuat vaksin bernama Cervarix, yang menargetkan dua jenis virus. Sementara pesaingnya, Merck, membuat vaksin tandingan bernama Gardasil, yang menargetkan empat jenis virus.

Dalam pernyataan terpisah kepada WHO pekan lalu, kemitraan vaksinasi GAVI juga meminta dukungan yang lebih besar untuk vaksin HPV. Kemitraan kesehatan dunia tersebut mengatakan peningkatan vaksin itu digunakan untuk mengimunisasi 40 juta perempuan muda di negara-negara miskin pada 2020 agar terbebas dari HPV.

Menurut Gavi, langkah itu diperkirakan akan mencegah 900.000 kematian.

IARC mengatakan pengurangan biaya vaksin di negara-negara miskin berperanan penting dalam peningkatan akses terhadap vaksin tersebut.

IARC mengatakan pihaknya bekerja sama dengan produsen obat-obatan generik Serum Institute of India untuk mengembangkan vaksin HPV yang "bisa menyediakan alternatif berkualitas tinggi yang lebih murah."

Baca juga: Sudah divaksin HPV bebas kanker serviks?
Baca juga: Deteksi dini kanker serviks, tes IVA digencarkan di Kota Padang


 
Sumber: Reuters
Penyunting: I Wayan Yoga H

Pewarta: Antara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019