Pahlawan hidupnya ikhlas, jujur, setia kawan dan rela berkorban sejak dari kecil. Itu keistimewaan para pahlawan."
Jakarta (ANTARA News) - Buku bergambar "Dewi Sartika" dan "Wahid Hasyim" diluncurkan untuk menjangkau anak-anak muda agar lebih mudah menangkap nilai-nilai luhur kepahlawanan dua tokoh tersebut.

"Anak-anak muda saat ini lebih menyukai komik sehingga mereka akan lebih mudah menangkap nilai-nilai kepahlawanan yang disajikan dalam bentuk komik," kata Sekretaris Jenderal Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia Agustanzil Sjahroezah dalam peluncuran kedua buku tersebut di Museum Nasional, Jakarta, Kamis.

Agus mengatakan generasi muda adalah calon pemimpin bangsa Indonesia di masa depan. Melalui buku bergambar tersebut, generasi muda diharapkan bisa menangkap nilai-nilai luhur kepahlawanan dari Dewi Sartika dan Wahid Hasyim.

"Pahlawan hidupnya ikhlas, jujur, setia kawan dan rela berkorban sejak dari kecil. Itu keistimewaan para pahlawan," tuturnya.

Direktur Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Triana Wulandari mengatakan pelajar dan generasi muda saat ini kebanyajan memandang pahlawan sebagai seseorang yang berjasa dan memberikan kontribusi pada bangsa dan negara.

Namun, banyak pelajar yang tidak menyadari jasa dan peran para pejuang yang telah gugur.

"Pelajar dan generasi muda jangan enggan membaca. Jangan enggan memahami. Memang literasi masyarakat Indonesia masih termasuk tertinggal," katanya.

Dinny Dewi Krisna, cucu Dewi Sartika, menyatakan kekagumannya pada sosok Dewi Sartika yang bisa mendirikan sekolah untuk para perempuan di zaman penjajahan.

"Dewi Sartika mendidik kaum perempuan agar bisa menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya, istri yang baik bagi suami dan ibu bagi bangsanya. Beliau pintar baik secara autodidak maupun pendidikan yang terbatas bagi perempuan bangsawan saat itu," katanya.

Sementara itu, KH Sholahuddin Wahid, putra ketiga KH Wahid Hasyim, mengatakan ayahnya meninggal pada usia yang relatif sangat muda, yaitu 39 tahun, tetapi mampu memberikan kontribusi kepada bangsa dan negara.

"Dalam usia sangat muda, beliau mampu berkomunikasi dan berorganisasi serta percaya diri bergaul dengan tokoh-tokoh nasional di Jakarta sehingga menjadi salah satu dari Panitia Sembilan yang merumuskan Piagam Jakarta," katanya.

Baca juga: Ibu Negara ziarahi tiga makam istri mantan wapres

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019