Dengan banyak laba perusahaan sulit dicapai, ekuitas tampaknya siap untuk terkoreksi setelah mencapai tertinggi baru-baru ini
Tokyo (ANTARA News) -  Saham-saham Asia melemah pada perdagangan Jumat pagi, karena investor cemas tentang pelambatan ekonomi global yang meluas, dengan sentimen tak terbantu oleh tidak adanya tanda-tanda positif untuk resolusi dalam sengketa perdagangan AS-China.

Obligasi pemerintah yang dinilai sebagai aset safe-haven diuntungkan dalam menghadapi meningkatnya kecemasan atas prospek global, dengan imbal hasil utang jangka panjang Jerman jatuh ke level terendah dalam lebih dari dua tahun.

Indeks MSCI yang lebih luas untuk saham-saham Asia-Pasifik di luar Jepang, merosot 0,3 persen, turun kembali dari tertinggi empat bulan yang tersentuh hari sebelumnya. Indeks sedikit berubah pada minggu ini.

Nikkei Jepang turun 1,2 persen. Sementara pasar saham China masih tutup untuk libur Tahun Baru Imlek.

Baca juga: Wall Street turun tertekan pertumbuhan dan ketidakpastian perdagangan global

Komisi Eropa pada Kamis (7/2) memotong tajam perkiraan untuk pertumbuhan ekonomi zona euro tahun ini dan berikutnya, memicu kekhawatiran perlambatan global menyebar ke Eropa karena perusahaan-perusahaan dan investor bergulat dengan sengketa perdagangan.

Menambah suasana suram, Presiden Donald Trump mengatakan dia tidak berencana untuk bertemu dengan Presiden China Xi Jinping sebelum batas waktu 1 Maret untuk mencapai kesepakatan perdagangan.

Itu membingungkan para investor yang mengharapkan penyelesaian perselisihan perdagangan selama berbulan-bulan antara ekonomi terbesar dunia. Saham-saham Wall Street merosot dalam meresponnya semalam, dengan Dow jatuh 0,9 persen, mundur kembali dari tertinggi dua bulan pertengahan minggu ini ketika hasil perusahaan positif.

"Dengan banyak laba perusahaan sulit dicapai, ekuitas tampaknya siap untuk terkoreksi setelah mencapai tertinggi baru-baru ini," kata Ahli Strategi Senior Sumitomo Mitsui Asset Management, Masahiro Ichikawa seperti dikutip Reuters.

"Ekuitas akan menghadapi rintangan lebih lanjut minggu depan, ketika (Menteri Keuangan AS Steven) Mnuchin dan (Perwakilan Dagang Robert) Lighthizer akan mengunjungi China. Pembicaraan Brexit juga dalam fokus. "

Mnuchin dan Lighthizer diperkirakan akan terlibat dalam putaran perundingan perdagangan lagi di Beijing minggu depan, untuk mendorong kesepakatan guna melindungi kekayaan intelektual Amerika dan mencegah kenaikan tarif AS atas barang-barang China pada 2 Maret.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun berdiri di dekat level terendah enam hari di 2,65 persen semalam, merosot lebih dari empat basis poin di tengah penghindaran risiko yang lebih luas di pasar.

Imbal hasil obligasi pemerintah Jerman 10-tahun turun menjadi 0,105 persen pada Kamis (7/2), terendah sejak November 2016 setelah Komisi Eropa memangkas tajam perkiraan pertumbuhan dan inflasi.

Baca juga: Harga emas turun berturut-turut, kerugian terpanjang dalam 18 bulan terakhir

Euro merosot di bawah beban penurunan imbal hasil obligasi Jerman. Mata uang tunggal turun 0,2 persen pada 1,1339 dolar setelah turun ke level terendah dua minggu di 1,1325 dolar pada hari sebelumnya. Euro di jalur untuk kerugian mingguan satu persen.

Dolar sedikit berubah pada 109,820 yen, terangkat dari 110,09 yang dicapai hari sebelumnya. Yen cenderung menarik permintaan di saat-saat terjadi ketegangan politik dan volatilitas pasar karena dianggap sebagai safe haven. Namun, mata uang AS masih menuju kenaikan kecil 0,3 persen terhadap yen minggu ini.

Baca juga: Harga minyak turun lebih dari dua persen, kekhawatiran perang dagang berlanjut

Dalam komoditas, minyak mentah berjangka AS tergelincir 0,3 persen menjadi 52,48 dolar AS per barel, memperpanjang kemerosotannya setelah turun 2,5 persen pada sesi sebelumnya.

Minyak jatuh pada Kamis (7/2) karena pasar tertekan oleh kekhawatiran bahwa pertumbuhan permintaan global akan melambat di tahun mendatang.

Baca juga: Akhir pekan, rupiah dibuka melemah, dekati Rp14.000
Baca juga: Harga emas turun berturut-turut, kerugian terpanjang dalam 18 bulan terakhir

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019