Rupiah kemungkinan melemah ke tingkat Rp13.980 per dolar AS sampai Rp14.000 per dolar AS
Jakarta (ANTARA News) - Analis ekonomi Samuel Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih memprediksi nilai tukar (kurs) rupiah hari ini akan kembali bergerak melemah dipicu pesimisme yang kembali muncul pada pelaku pasar atas penyelesaian perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.

"Kemungkinan kurs rupiah melemah karena isu perang dagang AS-China," ujar Lana di Jakarta, Jumat.

Kendati belum ada pernyataan resmi, tetapi pernyataan Presiden Donald Trump bahwa tidak ada pertemuan tingkat tinggi dengan Presiden China Xi Jinping, seperti mengkonfirmasi potensi kebuntuan pembicaraan mengenai kesepakatan dagang tersebut pada saat ini. 
 
Efek perang dagang antara AS dan China terhadap perdagangan global, kata Lana, mulai terlihat. Neraca transaksi berjalan Jepang misalnya, mencatatkan surplus pada Desember 2019, semakin kecil sejak empat bulan terakhir. Penurunan surplus tersebut terutama berasal dari neraca barang yaitu ekspor-impor Jepang. 

Baca juga: Harga minyak turun lebih dari dua persen, kekhawatiran perang dagang berlanjut

Ia mengatakan  kekhawatiran utama efek perang dagang AS-China berdampak pada melambatnya ekonomi global. Dana Moneter Internasional (IMF) juga merevisi proyeksi turun pertumbuhan ekonomi global dari 3,3 persen menjadi 3,1 persen untuk 2019. 

"Kurs rupiah kemungkinan melemah ke tingkat Rp13.980 per dolar AS sampai Rp14.000 per dolar AS," kata Lana.

Hingga pukul 9.39 WIB, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi masih bergerak melemah 18 poin menjadi Rp13.991 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp13.973 per dolar AS. 

Baca juga: Analis: IHSG berpeluang terangkat sentimen ekonomi domestik

Baca juga: Dolar AS menguat, kekhawatiran pertumbuhan ekonomi Eropa meningkat

Baca juga: Harga emas turun berturut-turut, kerugian terpanjang dalam 18 bulan terakhir

Baca juga: Wall Street turun tertekan pertumbuhan dan ketidakpastian perdagangan global

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019