Pemerintah Jepang menyadari bahwa masyarakat yang selamat dari bencana tersebut karena kesiapan diri mereka dalam menghadapi bencana.
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Pemberdayaan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lili Kurniawan mengatakan tingkat kesadaran kebencanaan masyarakat Indonesia masih berada di bawah Jepang.

"Jepang sudah mengalami tiga kali kesadaran bencana," kata Lili Kurniawan di diskusi Forum Merdeka Barat 9 bertajuk Potensi dan Mitigasi Kebencanaan, di Jakarta, Jumat.

Kesadaran tersebut tumbuh setelah Jepang menghadapi tiga bencana alam besar yang membuat masyarakatnya sadar terhadap bencana.

Bencana besar pertama yakni taifun Teluk Ise pada tahun 1959. Kedua, gempa bumi di Kobe tahun 1995. Ketiga, gempa bumi dan tsunami di Sendai pada 2011.

Dari bencana-bencana tersebut, pemerintah Jepang menyadari bahwa masyarakat yang selamat dari bencana tersebut karena kesiapan diri mereka dalam menghadapi bencana.

"Korban yang selamat, 95 persen adalah karena dirinya sendiri. Bagaimana mitigasi dilakukan ke masyarakat agar masyarakat punya kesiapan menghadapi bencana," katanya.

Ia pun menambahkan, Jepang juga rutin mengevaluasi daya tahan infrastrukturnya sehingga Jepang mampu membangun infrastruktur yang disesuaikan karakteristik bencana di wilayahnya.

Sementara Indonesia baru mengalami satu kali peristiwa bencana besar yakni saat tsunami Aceh pada tahun 2004.

Pihaknya ragu sejumlah bencana di tahun 2018, bisa meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bencana.

"Lalu pada 2018, apa juga merupakan penyadaran bencana jilid dua?" katanya.

Lili menyebut, Jepang dan Indonesia sebenarnya mirip dalam hal potensi bencana. Dua negeri ini sama-sama berada pada zona cincin api.

"Geologi Indonesia dan Jepang itu sama," katanya.

Menurut dia, Jepang patut dicontoh dalam kemampuannya dalam mengelola bencana. 

Setiap bencana di Jepang meningkatkan kesadaran pemerintah dan masyarakatnya untuk mengevaluasi tindakan yang harus mereka lakukan agar setiap kali terjadi bencana, mereka bisa tangguh, lebih dari sekedar tanggap terhadap bencana. 

Baca juga: Pemerintah tingkatkan kesadaran bencana di sekolah

Baca juga: Akademisi-pakar kebencanaan dilibatkan teliti titik rawan bencana

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019