Sydney (ANTARA News) - Seorang pengungsi asal Bahrain yang berprofesi sebagai pesepak bola dan ditahan di satu penjara Thailand selama lebih dua bulan atas permintaan negara Teluk itu, tiba di Kota Melbourne, Australia, dari Bangkok pada Selasa, menurut televisi Australia.

Hakeem Al Araibi, 25 tahun, yang melarikan diri dari Bahrain dan menerima status pengungsi di Australia, dibebaskan dari penjara pada Senin.

Pihak berwenang di Bahrain menuduh Araibi terlibat dalam kejahatan dalam protes-protes Kebangkitan Arab pada 2011. Tuduhan-tuduhan tersebut dibantahnya, demikian menurut Reuters.

"Australia adalah negaraku. Saya belum punya kenegaraan, tetapi negaraku adalah Australia ... Saya cinta Australia," kata Araibi setelah ia turun dari pesawat di bandara udara Melbourne dengan menggunakan penerbangan Thai Airways.

Ratusan pendukung berteriak untuk merangkulnya, rekaman TV menunjukkan. Ia mengenakan kaos Pascoe Vale, tim semi-profesional tempat dia bermain di Melbourne, kota terbesar kedua di Australia.

Ia mengucapkan terima kasih kepada para pendukungnya, yang menyambut dia dengan ujaran,"Selamat datang Hakeem!"

Araibi ditangkap di Bangkok pada November ketika ia dan istrinya sedang berbulan madu setelah Interpol mengeluarkan permintaan Bahrain.

Penangkapannya mengundang kecaman internasional. Bahrain, yang berada di bawah tekanan diplomatik, setuju membatalkan usahanya agar dia diekstradisi dari Thailand.

Baca juga: Australia batal ke Thailand sebagai bentuk dukungan terhadap Hakeem al-Araibi

Surat dari penyelam



Dua penyelam Australia yang membantu menyelamatkan 12 anak-anak dan asisten pelatih Thailand dari gua yang banjir telah menulis ke perdana menteri Thailand meminta pembebasan Araibi yang berstatus pengungsi di Australia, media melaporkan pada Sabtu (9/2).

Penyelam Richard Harris dan Craig Challen diberi penghargaan sebagai "Australians of the Year" pada Januari atas pertolongan mereka untuk menyelamatkan tim sepak bola yunior dan asisten pelatihnya yang terperangkap di gua Tham Luang Thailand pada July.

Mereka bergabung dalam kampanye untuk menekan pembebasan Araibi, dengan menulis sepucuk surat kepada PM Prayuth Chan-ocha, ABC News melaporkan. Challen membenarkan sepucuk surat telah dikirim tapi menolak memberikan informasi lagi ketika dihubungi Reuters pada Sabtu.

Seorang juru bicara perdana menteri Thailand tak segera bersedia memberikan komentar.

penyunting: M. Anthoni/Maria D. Andriana

Pewarta: Antara
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019