Berbeda itu fitrah, kita memang berbeda-beda. Namun, bersatu itu kebutuhan
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Mahfud MD optimistis target Indonesia Emas pada 2045 bertepatan dengan 100 tahun Kemerdekaan RI bakal tercapai dengan menghasilkan sumber daya manusia yang siap pakai.

"Salah satu faktor pendukung tercapainya target Indonesia Emas adalah kekuatan sumber daya manusia Indonesia yang terus meningkat dan siap pakai. Namun, ada syarat wajib untuk mencapai kemajuan tersebut yakni bersatu dan kolaborasi," ujar  Mahfud dalam diskusi Kebangsaan Indonesia Emas 2045 di Kampus Paramadina, Jakarta, Rabu.

 Agenda besar untuk bersatu dan menghimpun segenap kekuatan itu adalah mengusung persatuan di tengah perbedaan Indonesia. 

"Berbeda itu fitrah, kita memang berbeda-beda. Namun, bersatu itu kebutuhan," kata anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) tersebut.

Karena itu, kata dia, pemahaman akan pluralisme harus terus diserukan. Mengutip tokoh bangsa Abdurahman Wahid, Mahfud menjelaskan cara sederhana memahami soal pluralisme. 

"Pluralisme itu seperti engkau hidup di rumah dengan kamar yang berbeda-beda.  Jika masih di dalam kamar masing-masing, semua bebas mengenakan identitas masing-masing, menyetel televisi masing-masing. Namun, ketika sudah di ruang bersama, maka semua menggunakan aset bersama," ujarnya. 

Contoh rumah bersama itu terlihat di Rumah Betang di Kalimantan. Mahfud menceritakan, dalam kunjungannya ke rumah itu, dia menyaksikan beberapa keluarga dari suku dayak yang berbeda-beda tinggal di kamar yang berbeda-beda. Namun, mereka mengusung satu identitas Dayak.

Ilustrasi tersebut sesuai dengan kondisi kebangsaan Indonesia yang beragam suku, agama, dan budayanya. Masing-masing menggenggam identitasnya, namun ketika bicara dalam konteks ke-Indonesiaan, maka semua menjunjung identitas Indonesia, tambahnya. 

Rektor Universitas Paramadina Firmansyah mengemukakan penjelasan senada. Menurut dia, dewasa ini ada potensi perpecahan yang tidak produktif. "Seperti over politized society, semuanya ngomong politik dan melupakan kolaborasi," katanya. 

Padahal, kata Firmansyah, hanya dengan kolaborasi kemajuan akan tercapai. 

Dia mencontohkan, pabrikan-pabrikan besar di dunia saat ini memang bersaing. Namun mereka berkolaborasi untuk melakukan inovasi. 

Firmansyah menambahkan, ada fase lanjutan dari Bhineka Tunggal Ika. Saat ini yang perlu diprioritaskan bukan lagi semangat kebhinekaan, namun semangat tunggal ika. 

"Sudah selesai, kita memang berbeda-beda. Sudah waktunya kedepankan semangat tunggal ika, kesatuannya." 

Sementara aktivis Allisa Wahid mengingatkan jika kelompok-kelompok di Indonesia hanya memikirkan kepentingannya sendiri, maka target Indonesia 2045 sulit tercapai. "Saatnya bersatu mengusung Indonesia.  Kunci Indonesia  2045 adalah tetap menjaga nilai-nilai Indonesia."*


Baca juga: Presiden mempersiapkan SDM Indonesia Emas 2045

Baca juga: ARTIKEL - Indonesia Emas 2045 tanpa gizi buruk

Pewarta: Zita Meirina
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019