KUR ini diharapkan dapat menurunkan angka kemiskinan dengan terciptanya para wirausahawan baru, pengembangan kapasitas usaha dan bertumbuhnya sentra produksi serta pusat pertumbuhan ekonomi baru, sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebi
Ambon (ANTARA News) - Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Provinsi Maluku pada 2018 meningkat Rp384,4 miliar atau 83,16 persen menjadi Rp846,75 miliar dibandingkan posisi Desember 2017 yang tercatat Rp462,30 miliar.

"Baki debet sebesar Rp846,75 miliar, meningkat Rp384,45 miliar atau 83,16 persen persen dibandingkan Desember 2017 yang tercatat sebesar Rp462,30 miliar," kata Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) provinsi Maluku, Bambang Hermanto di Ambon, Jumat.

Data yang dihimpun dari bank penyalur, sampai dengan posisi Desember 2018 KUR telah tersalurkan kepada 46.104 debitur, meningkat 15.666 debitur dibandingkan posisi akhir tahun 2017

Sedangkan kualitas kredit sedikit menurun, NPL tercatat sebesar 2,55 persen, meningkat dari Desember 2017 yang sebesar 2,08 persen.

Ia menjelaskan, penggunaan KUR oleh pelaku usaha mikro dan kecil, mayoritas masih dimanfaatkan untuk modal kerja usaha. Hal itu tercermin dari penggunaan KUR untuk modal kerja mencapai Rp613,77 miliar atau 72,49 persen dari total KUR.Sedangkan untuk investasi sebesar Rp232,98 miliar atau 27,51 persen.

Sementara jika dilihat KUR menurut plafon kredit, jenis KUR Mikro masih mendominasi dengan baki debet sebesar Rp636,89 miliar atau 75,22 persen, dari total baki debet penyaluran KUR.

KUR Ritel tercatat sebesar Rp209,86 miliar atau 24,78 persen dari total KUR. KUR mikro diberikan dengan plafon maksimal Rp25 juta sedangkan KUR Ritel diberikan dengan plafon Rp25 juta sampai dengan Rp500 juta.

Bambang mengatakan, untuk mendorong pertumbuhan usaha produktif skala mikro dan kecil di Provinsi Maluku, target plafon penyaluran KUR tahun 2018 meningkat menjadi Rp736,34 miliar.  Hingga akhir 2018 telah tersalurkan KUR sebesar Rp544,09 miliar,  lebih besar dibandingkan 2017 yang mencapai Rp470,01 miliar, atau meningkat 15,76 persen.

Penyerapan plafon penyaluran KUR tahun 2018 mengalami sedikit penurunan. Hal ini terlihat pada pencapaian target penyerapan KUR pada 2017 sebesar 75,13 persen persen, sedangkan pada 2018 mencapai 73,89 persen dari rencana target.

"KUR ini diharapkan dapat menurunkan angka kemiskinan dengan terciptanya para wirausahawan baru, pengembangan kapasitas usaha dan bertumbuhnya sentra produksi serta pusat pertumbuhan ekonomi baru, sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata," katanya.

Ditambahkannya, pada triwulan IV 2018, penyaluran kredit UMKM provinsi Maluku meningkat sebesar 3,91 persen secara tahunan (yoy) atau senilai Rp121,84 miliar menjadi Rp3,24 triliun.

Pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan triwulan III 2018 yang tercatat 10,57 persen (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan adanya peningkatan kredit usaha besar (sektor Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan).

Untuk non UMKM sebesar Rp147,32 miliar atau 60,61 persen (yoy) atau meningkat tinggi dibandingkan triwulan III 2018 yang tercatat turun sebesar Rp24 miliar atau -25,18 persen (yoy).

Hingga triwulan IV 2018, penyaluran kredit UMKM masih didominasi kepada Usaha kecil yang mencapai Rp1,46 triliun atau sebesar 45,15 persen dari total kredit UMKM.

Sementara NPL kredit UMKM di triwulan IV 2018 tercatat sebesar 2,88 persen, lebih rendah dari triwulan III 2018 yang tercatat sebesar 3,2 persen dan terhitung masih jauh dari NPL kredit UMKM nasional yang tercatat sebesar 3,45 persen dan indikatif nasional yang maksimal sebesar 5 persen.
 

Pewarta: Penina Fiolana Mayaut
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019