Jakarta  (ANTARA News) - "Untuk jutaan tetes keringat. Untuk ribuan jam latihan di lapangan. Untuk luka, tangis, rindu, darah, hingga hancurnya badan, semua kalian tahan. TERIMA KASIH GARUDA!"

"Kalian telah berjuang, mengharumkan nama bangsa adalah impian banyak orang, jelas itu tak mudah. Berjuang untuk bangsa namun dimangsa dari dalam. Esok lusa, kau akan bangkit bersama asa kami yang terlalu lama terpendam, yang bisa jadi karena federasi yang tak kunjung paham."

Demikian puisi karya J.S. Kairen dan Darius Sinathrya yang ditujukan kepada tim senior sepak bola Indonesia ketika gagal menembus penyisihan Grup B Piala AFF 2018.

Puisi di atas seakan menjadi gunung es harapan masyarakat Indonesia terhadap prestasi tim sepak bola nasional. Setelah timnas senior gagal memetik kemenangan menuju putaran semifinal, timnas U-22 pada awal 2019 akan tampil dalam laga Asia Tenggara. Tim U-22 akan bertandang ke Kamboja dan berlaga dalam kompetisi pada 17-26 Februari.

Piala AFF U-22 pada 2019 hanya akan diikuti delapan tim yaitu Filipina, Indonesia, Kamboja, Malaysia, Myanmar, Thailand, Timor Leste, dan Vietnam.

Tim Singapura mengundurkan diri dari kompetisi dengan alasan fokus ke kualifikasi Piala AFC U-23 pada 2020. Selain itu, tim Brunei dan tim Laos juga mengundurkan diri dari kompetisi sepak bola kawasan ASEAN itu.

Pelatih Timnas U-22 Indra Sjafri menyatakan timnya siap berkompetisi dalam laga penyisihan Grup B yang juga diisi tim Malaysia, Myanmar, dan tuan rumah Kamboja.

"Pada AFF 2019, kami membawa tim terbaik yang telah melalui proses seleksi. Mereka adalah pemain-pemain muda terbaik buah dari kompetisi Indonesia," kata pelatih asal Sumatera Barat itu.

Timnas U-22 telah menjalani tiga kali laga uji coba dengan hasil imbang melawan tiga klub sepak bola Liga 1 Indonesia. Pada laga uji coba pertama, mereka seri dengan Bhayangkara FC 2-2. Ketika melawan tim Arema FC di Malang, timnas U-22 mendapatkan skor imbang 1-1. Terakhir, timnas U-22 juga mencetak hasil 1-1 dengan tim Madura United pada 12 Februari.


Menpora tagih prestasi

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi tidak menutup mata dengan persiapan tim Garuda Muda yang membawa Merah-Putih dalam penampilan perdana mereka pada kompetisi AFF 2019. Menpora juga menyampaikan harapan pemerintah sebagai pemangku kepentingan seluruh cabang olahraga nasional.

"Kami berharap penampilan Timnas U-22 bisa tampil lebih baik lagi dan lebih menjanjikan. Saya harap para pemain dapat memetik kemenangan sampai laga puncak karena mereka membawa nama Merah-Putih," kata Menpora selepas bertanding futsal bersama Komunitas Unik Berkarya Indonesia (UBI) di Jakarta.

Menpora mengatakan keikutsertaan Timnas U-22 dalam Piala AFF 2019 di Kamboja berbekal motivasi kuat demi prestasi sepak bola Indonesia. "Sudah cukup lama tim U22 tidak memberikan prestasi untuk Merah-Putih," ujar Menpora tentang penampilan perdana Andy Setyo dan kawan-kawan.

Tagih prestasi tim sepak bola nasional oleh Menpora itu bukan sekadar kata-kata di bibir saja melainkan berupa dukungan pemerintah terhadap cabang olahraga terpopuler di Tanah Air.

Keseriusan dukungan tersebut diejawantahkan dengan menerbitkan Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 3 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional.

Dalam Inpres Nomor 3/2019 itu, Presiden Joko Widodo meminta kementerian-kementerian terkait untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan secara terkoordinasi dan terintegrasi sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing kementerian atau lembaga untuk melakukan peningkatan prestasi sepak bola nasional dan internasional melalui pengembangan bakat, peningkatan jumlah dan kompetensi wasit dan pelatih sepak bola,

Selain itu, Presiden Jokowi juga mengamanatkan tentang pengembangan sistem kompetisi berjenjang dan berkelanjutan, serta pembenahan sistem dan tata kelola sepak bola, penyediaan prasarana dan sarana stadion sepak bola di seluruh Indonesia sesuai standar internasional dan pusat pelatihan sepak bola, dan mengerahkan pendanan untuk pengembangan sepak bola nasional.

Kementerian terkait yang disebutkan dalam Inpres tentang persepakbolaan nasional itu antara lain Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Menteri Pemuda dan Olahraga, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Berikutnya adalah Menteri Agama, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Menteri Badan Usaha Milik Negara, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional, Menteri Keuangan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.


Genjot prestasi bukan diskriminasi

Penerbitan Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2019 itu tentu menjadi keistimewaan bagi cabang olahraga sepak bola Tanah Air dibanding cabag-cabang olahraga lain. Bukan hanya masyarakat, Inpres itu menunjukkan Pemerintah RI juga rindu prestasi olahraga sepak bola nasional dalam kompetisi internasional.

"Fokus kami pada percepatan itu saja. Kami sudah pada tahapan sosialisasi Inpres Persepakbolaan itu dan bahkan sudah melakukan upaya-upaya lebih konkrit lagi dengan mengirim para pelatih untuk meningkatkan lisensi internasional mereka. Antara lain, Kurniawan Dwi Cahyo dan Fahri Husaini," kata Menpora.

Pengiriman pelatih sepak bola nasional untuk mendapatkan lisensi pelatih secara internasional itu menjadi bagian dari tugas Kementerian Pemuda dan Olahraga sesuai amanat tertulis dalam Inpres No. 3 tahun 2019. Tugas Kemenpora sesuai Inpres itu adalah melakukan pengembangan kurikulum dan pengembangan bakat pemain sepak bola.

Berikutnya, Kemenpora melakukan pembinaan usia dini dan usia muda secara berjenjang, penyelenggara kompetisi sepak bola kelompok usia tingkat elit (unggulan) satuan pendidikan dan sekolah sepak bola, fasilitator tenaga ahli/instruktur wasit dan pelatih, penyelenggara bimbingan teknis kepada sentra-sentra pembinaan olahraga sepak bola agar memenuhi standar kompetensi tenaga keolahragaan.

"Tugas kami memperbanyak pelatih dan wasit yang punya lisensi internasional. Sehingga dalam waktu mendatang, Indonesia tidak akan kekurangan wasit ataupun pelatih jika menjadi tuan rumah Olimpiade atau kembali tuan rumah Asian Games," kata Menpora.

Namun, Menpora menegaskan tidak ada diskriminasi terhadap cabang-cabang olahraga lain dengan penerbitan Inpres tentang Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional itu.

"Bukan prioritas, tapi itu menjadi fokus kami karena sepak bola menjadi cabang olahraga yang mungkin dari sisi prestasi perlu lebih digenjot lagi secara maksimal," ujar Menpora.

Dari sisi teknis, penerbitan Inpres No 3/2019 itu menjadi "amunisi prestasi" para pelatih dan atlet jelang beragam kejuaraan sepak bola internasionl, termasuk bagi Timnas U-22.

Pelatih Indra Sjafri menyebut ajang Piala AFF U-22 2019 di Kamboja sebagai kesempatan untuk mempersiapkan timnas dalam mengarungi agenda-agenda kejuaraan sepanjang 2019.

"Ada kualifikasi AFC U23 dan SEA Games pada akhir tahun. Kita akan terus mematangkan komposisi tim, sambil terus mengevaluasi tim lewat kompetisi ini," kata Indra.

Syahdan, puisi karya J.S. Kairen dan Darius Sinathrya yang diunggah pada 25 November dalam akun instagram darius_sinathrya itu masih relevan dan menjadi konfigurasi dukungan masyarakat ataupun pemerintah, bahkan badan legislatif demi tim sepak bola nasional menunaikan cita-cita teristimewa mereka.

"Mungkin ada waktunya kita melangkah bersama. Entah itu di lapangan, atau di bilik-bilik perjuangan. Karena musuh kita bukan lagi lawan di lapangan. Boleh jadi mereka para pembuat kebijakan yang membawa kelam," demikian puisi J.S. Kairen dan Darius Sinathrya yang lantas mengikuti ajakan Najwa Shihab untuk bertanya kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), "PSSI BISA APA??" ***3***
 

Pewarta: Imam Santoso
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2019