Kuala Lumpur (ANTARA News) - Para mahasiswa di Indonesia saat ini sangat ketakutan berada di Malaysia berkaitan dengan perampokan yang terjadi atas tujuh mahasiswa di Sentul, Kuala Lumpur, Kamis (4/10) dan operasi Rela di rumah Ketua PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Minggu (7/10). "Terus terang kami saat ini dalam kondisi ketakutan. Istri saya sudah minta pulang berkaitan dengan kejadian perampokan di apartemen Sentul tempat menginap tujuh mahasiswa Indonesia dan operasi Rela di rumah kami," kata Ketua PPI UKM Muhammad Yunus Lubis, Senin, di Kajang. M Yunus dan istrinya, Wella Alrisa Putri Loka adalah mahasiswa S2 di UKM. Mereka baru belajar di Malaysia dua bulan lalu. Ia mengambil studi S2 pengajian Islam dan istrinya mengambil Studi S2 bidang Teknik Sipil. "Istri saya sudah tidak tahan ingin kembali ke Indonesia walaupun baru belajar dua bulan di sini," katanya. Sepasang suami istri itu pulang ke rumah di apartemen Kajang, Sabtu tengah malam. Karena pulang tengah malam, keduanya sangat letih. "Sekitar jam 5.30 pagi, pintu rumah diketuk keras-keras dan digedor lebih keras lagi karena kami sedang tidur kelelahan," katanya. "Setelah digedor lebih kencang dan kami terbangun karena kaget sambil ketakutan mengingat peristiwa perampokan di rumah mahasiswa Indonesia beberapa hari sebelumnya. Kami bertanya kepada mereka. Siapa di luar?" kata M Yunus. "Buka saja pintunya teriak mereka yang di luar," kata dia. Karena mengingat peristiwa perampokan maka pintu tidak dibuka karena tidak jelas siapa di luar. "Ternyata pasukan Rela beroperasi, mereka langsung menendang dan mendobrak pintu rumah kami. Setelah menanyakan identitas maka kami berikan kartu mahasiswa dan paspor. Ternyata lengkap. Tapi kemudian mereka memeriksa sampai ke kamar-kamar dan tidak menemukan apa-apa. Tapi istri saya sangat ketakutan," katanya. "Pasukan Rela akhirnya minta maaf setelah semua dokumen kami lengkap. Kami kemudian bertanya, lalu bagaimana dengan kerusakan pintu kami. Mereka jawab dengan seenaknya...ya kamu perbaiki sendiri lah," katanya. Ketua Umum PPI Malaysia Muhammad Iqbal mengatakan seluruh mahasiswa Indonesia di Malaysia saat ini sangat ketakutan berkaitan dengan kejadian yang menimpa ketua PPI UKM, perampokan terhadap tujuh mahasiswa, dan perkosaan yang dilakukan 12 warga Malaysia terhadap TKW RS. Tujuh mahasiswa Indonesia yang dirampok merupakan anak-anak ekspatriat WNI di Jeddah. "Kami kira Malaysia itu aman, ternyata kami kena rampok di sini," kata Hussein, mahasiswa Cosmopoint yang kedua tangannya kena parang para perampok. "Pemerkosaan terhadap RS memiliki pola serupa, ada dua warga Malaysia keturunan India yang mengaku polisi dan masuk ke rumah sepasang suami istri WNI. Karena istrinya tidak bisa menunjukkan dokumen lalu dibawa katanya mau ke kantor polisi tapi malah dibawa ke hotel dan diperkosa oleh 12 orang. Padahal istrinya saat itu sedang hamil 2 bulan. Kondisinya sangat traumatis saat ini," katanya. Atase Pendidikan KBRI Kuala Lumpur Imran Hanafi dan Kuasa Usaha Ad-Interim KBRI AM Fachir mengatakan akan mengirim surat protes kepada Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Dalam Negeri Malaysia atas insiden itu.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007