Ternate (ANTARA News) - Keberadaan Sekolah Sepak Bola (SSB) di Kota Ternate, Maluku Utara (Malut) selama ini dinilai sangat berperan dalam melakukan pembinaan terhadap pemain sepak bola berbakat usia dini.

Pemain sepak bola usia dini hasil binaan SSB di Ternate, tidak saja menjadi pilihan bagi klub sepak bola di Malut dan di berbagai daerah lainnya di Indonesia, tetapi juga dalam pembentukan Tim Nasional (Timnas) PSSI untuk mengikuti berbagai kejuaraan internasional.

Udin Ilham Armaiyn dan Fandi Albaar yang menjadi bagian dari Timnas U-19 saat menjuarai Piala AFF Tahun 2013 adalah hasil binaan dari SSB Tunas Gamalama, salah satu dari 20 lebih SSB di Ternate.

Sesuai catatan pelatih utama SSB Tunas Gamalama, Hani Kodja masih banyak lagi pemain lainnya hasil binaan SSB di Ternate yang terpilih masuk Timnas PSSI dan direkrut berbagai klub sepak bola di Indonesia.

Mereka di antaranya, Rahmat Rivai, Fandi Muchtar, Zulham M Zamrun, Zulvin M Zamrun, Rizky Pora dan Abdul Lestahulu, yang diharapkan dapat menjadi motivasi bagi pemain usia dini yang kini masih berlatih di berbagai SSB di Ternate.

Prestasi SSB di Ternate dalam mengikuti berbagai kejuaraan, baik di tingkat regional maupun nasional juga cukup membanggakan, seperti yang berhasil ditunjukan SSB Tunas Gamalama saat meraih peringkat pertama kejuaraan SSB tingkat nasional tahun 2012.

SSB di Ternate dalam melakukan pembinaan terhadap pemain sepak bola usia dini, tidak bersifat komersial, karena motivasi utamanya adalah untuk mengembangkan potensi pemain sepak bola berbakat di daerah ini.

Anak-anak yang berlatih di SSB, menurut Hani Kodja, membayar iuran seadanya untuk biaya operasional, bahkan banyak di antaranya yang digratiskan karena dinilai memiliki bakat, tetapi dari kalangan tidak mampu.

Pengurus dan pelatih SSB serta orang tua anak sering harus mengeluarkan dana pribadi untuk patungan membiayai tim SSB yang akan mengikuti kejuaraan, karena kalau tidak mengikuti kejuaraan akan sulit mengukur keberhasilan atas latihan yang mereka jalani.

Perhatian pemerintah daerah dan berbagai pihak terkait lainnya, terhadap SSB di daerah ini sebenarnya ada, tetapi perhatian itu belum seperti yang diharapkan, terutama yang dalam bentuk bantuan dana.

Namun demikian, seluruh SSB di Ternate, tetap berkomitmen untuk melakukan pembinaan kepada para pemain sepak bola berbakat usia dini, karena mereka beranggapan kalau bukan SSB yang melakukan peran itu, siapa lagi yang bisa diharapkan.



Perhatian Serius

Melihat besarnya peran SSB di Ternate dalam melakukan pembinaan terhadap pemain sepak bola berbakat usia dini dan kontribusinya terhadap penyediaan pemain berprestasi untuk Timnas serta berbagai klub sepak bola di tanah air maka seharusnya pemerintah daerah harus memberikan perhatian serius terhadap keberadaan SSB itu.

Perhatian dari Pemerintah daerah di antaranya, pengalokasian anggaran melalui APBD untuk operasional SSB, karena sesuai ketentuan pengalokasian penggunaan APBD untuk pembinaan pemain sepak bola usia dini diperbolehkan.

Perhatian lainnya adalah dalam bentuk penyediaan infrastruktur penunjang SSB, khususnya lapangan sepak bola untuk lokasi latihan karena SSB di Ternate selama ini terpaksa harus menggunakan satu lapangan secara bergilir karena terbatasnya lapangan sepak bola yang ada.

Pemerhati sepak bola di Ternate, Abubakar menilai keterbatasan anggaran yang dimiliki pemerintah daerah untuk membantu SSB, bisa siasati dengan cara memanfaatkan kewenangannya, misalnya mewajibkan perusahaan yang beroperasi di daerah ini untuk membantu SSB.

Setiap perusahaan memiliki program Corporate Social Responsibility (CSR), yang dapat dimanfaatkan untuk membantu SSB , seperti yang dilakukan berbagai perusahaan di daerah lainnya di Indonesia.

Pemerintah daerah juga bisa mewajibkan seluruh perusahaan yang mengerjakan proyek yang didanai dari APBD setempat menyisihkan sebagian keuntungannya untuk membantu SSB, terutama SSB yang dinilai sukses dalam melakukan pembinaan.

Jika, setiap kontaktor yang mengerjakan proyek dari dana APBD, bisa menyisihkan keuntungan sedikitnya Rp100 juta maka akan terkumpul dana miliaran rupiah yang bisa digunakan membantu SSB, termasuk cabang olahraga lainnya.

PSSI Malut seperti disampaikan Ketuanya, Adam Marsaoly juga mengakui betapa besarnya peran SSB di Ternate dan kabupaten/kota lainnya di Malut dalam melakukan pembinaan pemain sepak bola usia dini, tetapi PSSI pun tidak bisa berbuat banyak untuk membantu mereka terutama dari segi anggaran.

Dukungan yang dapat diberikan PSSI terhadap SSB di daerah ini, di antaranya memfasilitasi penyelenggaraan pelatihan bagi para pelatih di SSB untuk lebih meningkatkan kemampuan mereka dalam melakukan tugasnya.

PSSI terus mendorong pemerintah daerah dan kalangan dunia usaha di daerah ini untuk memiliki kepedulian dalam pengembangan olahraga sepak bola, baik dalam pembinaan pemain usia dini maupun dalam penyelenggaraan kompetisi dan pembiayaan klub sepak bola.

Adanya kepedulian seperti itu diharapkan akan semakin banyak pemain bola asal daerah ini yang terpilih masuk Timnas PSSI, selain itu juga klub sepak bola di Malut bisa ambil bagian dalam kompetisi nasional, seperti yang pernah ditunjukan Persiter Ternate beberapa tahun silam.*


Baca juga: 58 SSB ramaikan Piala Kemenpora di Maluku Utara

 

Pewarta: La Ode Aminuddin
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019