Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah berupaya menggerakkan pengelolaan hutan secara lestari guna menurunkan emisi karbon sekaligus meningkatkan perekonomian warga sekitar kawasan hutan.

Upaya itu antara lain dijalankan lewat program penurunan emisi gas rumah kaca dari deforestasi dan degradasi hutan Forest and Climate Change Programme Financial Cooperation (Forclime FC) bekerja sama dengan Pemerintah Republik Federal Jerman.

"Dalam pelaksanaannya kita memang betul-betul mengimplementasikan bagaimana sih pola pengelolaan hutan secara benar langsung di tingkat tapak," kata Kepala Biro Perencanaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ayu Dewi Utari dalam bedah buku Berbagi Pembelajaran dan Inisiasi Program Forclime FC Module di Jakarta, Selasa.

Kepada Antara, Ayu menuturkan program itu mencakup praktik pengelolaan hutan lestari dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan guna meminimalkan gangguan terhadap hutan.

"Di situ kita melakukan penguatan kepada masyarakat secara langsung di desa-desa," katanya.

Ia menambahkan kegiatan pada awal program ditujukan untuk memastikan batas desa dan batas kawasan hutan yang bersinggungan langsung dengan mereka.

"Dengan pembinaan dengan kelompok, dengan pendekatan kemasyarakatan, kita juga mencoba melihat apa sih yang potensial dikembangkan di situ sehingga antara satu desa sama yang lain beda-beda," tutur Ayu.

Program Forclime FC dijalankan pada wilayah percontohan di Kabupaten Kapuas Hulu di Kalimantan Barat, Kabupaten Berau di Kalimantan Timur dan Kabupaten Malinau di Kalimantan Utara, mencakup 78 desa secara keseluruhan.

Sasaran subyek program adalah masyarakat desa atau kampung yang berada di lokasi tersebut.

"Masyarakat harus mampu mengerakkan perekonomian dengan menjaga kelestarian lingkungan sekitar," kata Ayu.

Investasi program Forclime FC, yang dimulai sejak 2010 dan akan berakhir 2020, fokus pada kegiatan pembangkitan potensi sumber daya masyarakat desa, kepastian ruang kelola investasi masyarakat desa dan pengembangan ekonomi lokal masyarakat desa.

Pembangunan ekonomi lokal dilakukan melalui kegiatan produktif berbasis sumber daya alam seperti fasilitasi demplot hortikultura, budidaya sayur-mayur, pengembangan peternakan dan perikanan.

Pada saat yang sama, warga melakukan rehabilitasi hutan melalui penanaman tanaman hutan dan penghentian pembukaan lahan dengan sistem tebas-bakar.

Sebagai contoh, kelompok Demplot Hortikultura Desa Labian di Kabupaten Kapuas Hulu telah memiliki unit usaha pupuk kompos, jahe instan sachet, kripik pisang dalam kemasan dan budidaya madu kelulut.

Program Froclime FC juga meliputi penyelesaian batas desa dan penatagunaan lahan secara partisipatif, dan penguatan perhutanan sosial.

Advisor implementasi REDD+ program Forclime FC Suteja menuturkan nilai kerja sama pemerintah Indonesia dan Jerman dalam program ini 10 juta Euro di mana porsi Indonesia 20 persen, dan bantuan dana dari Jerman porsinya 80 persen.

Realisasi dari anggaran tersebut sekarang sudah mencapai sekitar 80 persen dari total dana.

"Ini contoh kerja sama government to government yang bisa langsung ke masyarakat," ujar Suteja, yang juga Ketua tim kabupaten untuk program Forclime FC di Kabupaten Kapuas Hulu.

Baca juga:
Pengelolaan hutan desa Bengkulu terbaik nasional
Luas hutan yang dikelola masyarakat bertambah tiga juta hektare


 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019