Jakarta (ANTARA News) - Herniated Nucleus Pulposus (HNP), atau yang sering disebut saraf terjepit, terjadi karena bantalan yang berada di antara persendian tulang pecah dan mengeluarkan isinya sehingga membuat saraf di sekitarnya terjepit.

Dokter bedah saraf dari Rumah Sakit Meilia Cibubur dr Mahdian Nur Nasution Sp.BS di Jakarta, Selasa, menjelaskan kondisi yang demikian antara lain bisa terjadi kalau otot yang belum cukup kuat digunakan untuk mengangkat beban berat, membuat ke tulang dan bantalan tulang menjadi tumpuan.

Kasus saraf terjepit, menurut Mahdian, banyak dialami oleh orang yang berolahraga di pusat olahraga karena memaksa otot mengangkat beban berat.

"Sayangnya pola yang diterapkan di gym itu kurang pas, belum waktunya otot kuat sudah disuruh angkat beban. Beberapa kasus terjadi HNP karena angkat beban," jelas dia.

Ia menambahkan kebanyakan kasus HNP terjadi di perkotaan, pada orang-orang yang kurang gerak dalam kesehariannya sehingga otot-otot tubuhnya menjadi lemah.

"Otot yang lembek itu dipakai untuk angkat beban, sehingga terjadi kekalahan di bantalan tulangnya, terjadi HNP di pinggang," katanya.

Mahdian menyebut orang-orang yang tinggal di perkotaan memanjakan otot mereka karena jarang bergerak dan duduk atau tidur di tempat yang nyaman.

Dia membandingkan dengan warga desa yang kebanyakan masih bertani secara tradisional. Para orang tua di desa jarang mengalami HNP karena otot-ototnya terlatih.

Kondisi saraf terjepit akan menyebabkan nyeri yang menjalar di bagian tubuh lain yang masih berkaitan dengan saraf tersebut. 

Baca juga:
Operasi PECD untuk saraf terjepit hanya tinggalkan luka serupa tusuk jarum
Waspadai masalah tulang belakang seiring bertambah tua

 

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019