Mataram (ANTARA News) - Masalah sampah agaknya masih menjadi persoalan serius. Kebiasaan membuang sampah sembarangan belum bisa dihentikan, bahkan ironisnya sungai yang harus dijaga kebersihannya justru dijadikan "bak sampah".

Tumpukan sampah yang "menghiasi" permukiman warga dan limbah plastik yang memenuhi saluran air serta kali seakan menjadi hal lumrah.

Upaya untuk menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan rupanya masih menghadapi kendala yang tak mudah diatasi.

Sejatinya, masalah sampah masih menjadi persoalan kompleks. Tak terkecuali di Provinsi Nusa Tenggara Barat, termasuk di Kabupaten Lombok Barat. Perilaku sebagian warga membuang sampah di sembarang tempat nampaknya menjadi penyebab sulitnya mengatasi persoalan sampah.

Oleh karena itu, kampanye zero waste yang kini tengah digalakkan pemerintah bersama berbagai eleman masyarakat semakin perlu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti penting menjaga kebersihan lingkungan.

Dengan semakin masif kampanye bebas sampah atau zero waste, diharapkan pemahaman masyarakat tentang arti penting menjaga kelestarian lingkungan akan semakin meningkat sehingga tercipta lingkungan sehat.

Pemerintah Kabupaten Lombok Barat terus berupaya mengatasi masalah sampah. Peraturan daerah (perda) yang telah ditetapkan pada 2017 menjadi acuan dalam penanganan sampah di bumi "Patut Patuh Patju" itu.

Pemerintah Kabupaten Lombok Barat terlihat semakin serius dalam menangani masalah sampah, termasuk sampah anorganik, seperti tas plastik, botol/gelas plastik bekas kemasan minuman, dan limbah styrofoam yang sulit diurai.

Pelaksana Harian Bupati Lombok Barat Baiq Eva Nurcahya Ningsih mendorong seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) untuk mempraktikkan penerapan bebas sampah dalam proses kerja sehari-hari.

Dalam penanganan sampah di daerah itu tidak hanya mengampanyekan zero waste, namun mempraktikkannya dengan seminimal mungkin menggunakan bahan-bahan plastik.

Ketika memimpin rapat pimpinan di Gerung, Ibu Kota Kabupaten Lombok Barat, perempuan yang akrab disapa Eva tersebut mengatakan bahwa kampanye bebas sampah harus mulai digalakkan.

Apalagi, kata dia, penanganan sampah di Kabupaten Lombok Barat kerap menjadi top isu pelayanan publik di media massa beberapa waktu lalu.

Bank sampah

Bahkan Eva berharap, masing-masing desa sudah memiliki bank sampah yang bisa memilah mana sampah organik dan mana sampah nonorganik. Selain itu, limbah yang masih dapat dimanfaatkan bisa dijual.

Dia meminta penanganan sampah dimulai dari peran aktif masing-masing OPD Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dengan mengurangi penggunaan berbagai bahan dari plastik untuk barang habis pakai.

Baiq Eva Nurcahya Ningsih Eva yang juga Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra Sekretaris Daerah Provinsi NTB itu, mengatakan di lingkup Pemprov NTB sudah memiliki kebijakan untuk tidak lagi menggunakan air minum kemasan karena berbahan plastik.

Oleh karena itu, dalam kesehariannya, Eva sudah membiasakan diri membawa botol sendiri untuk kebutuhan minum dalam rapat. Botol tersebut bisa digunakan dengan mengisi ulang air yang akan diminum.

Kalau dibandingkan dengan volume sampah Kota Mataram yang mencapai rata-rata 400 ton per hari, di Lombok Barat tidak terlalu banyak, namun tetap menimbulkan masalah.

Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat I Gusti Ayu Swasti Astuti menyebutkan produksi sampah di daerah itu mencapai 175,4 ton per hari.

Dari total produksi sampah tersebut, pihaknya hanya mampu menangani 60,83 persen.

Sebanyak 101,76 ton atau 58,01 persen bisa diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA), sedangkan 4,95 ton atau 2,82 persen bisa diolah dengan pola reuse, reduce, dan recycle (3R).

Dari total 175,4 ton produksi sampah setiap hari, 9,95 persen berbentuk sampah yang sulit terurai. Bentuknya lebih banyak sampah plastik.

Persoalan sampah plastik tersebut yang menjadi fokus Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Barat. Namun, dalam praktiknya sampah plastik tersebut harus mendapat perlakuan khusus karena membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai.

Pemerintah Provinsi NTB juga aktif dalam mengampanyekan zero waste dalam upaya mengedukasi masyarakat untuk meningkatkan pemahaman mereka mengenai arti pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat.

Gubernur NTB Zulkieflimansyah ikut aksi gotong royong serentak 60 menit dalam rangka mengampanyekan gerakan bebas sampah di Sungai Brangbiji-Lempeh-Samakota, Kabupaten Sumbawa, Minggu, 13 Januari 2019.

DR Zul --sapaan Zulkieflimansyah-- menyampaikan apresiasi kepada Bupati Sumbawa Muhammad Husni Jibril yang sejalan dan bersama-sama Pemprov NTB mengampayekan zero waste.

Menurut dia, sungai bukanlah tempat membuang sampah dan sungai tidak seharusnya menjadi sumber bencana, namun menjadi berkah bagi kehidupan masyarakat, misalnya dijadikan objek wisata atau tempat budi daya ikan air tawar.

Kini Pemprov NTB sedang mengampanyekan zero waste untuk mengatasi persoalan sampah.

Oleh karena itu, DR Zul berharap, sungai di Sumbawa ini bisa menjadi tempat wisata yang indah.

Bak gayung bersambut, program zero waste yang kini tengah digalakkan Pemprov NTB mendapat respons positif dari Bupati Sumbawa Muhammad Husni Jibril.

Ia juga mengutarakan niat yang sama untuk terus mengampayekan program bebas sampah di daerah itu.

Husni Jibril berjanji melakukan penataan ulang dari hulu sampai ke pantai sehingga sungai bisa bersih dan indah, terbebas dari sampah sehingga bisa dijadikan objek wisata.

Kerja keras dan tekad kuat Pemerintah Kabupaten Lombok Barat yang mendapat dukungan serius dari masyarakat dan para pemangku amanah terkait, diyakini akan mampu mewujudkan zero waste di bumi "Patut Patuh Patju".

Baca juga: Menteri LHK canangkan Medan "zero waste city"
Baca juga: Kemenpar sambut baik "zero waste picnic"
Baca juga: Kota Tangerang target mencapai "zero waste"


 

Pewarta: Masnun
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019