Jakarta (ANTARA News) - Kesuksesan peluncuran Satelit Nusantara Satu dari Cape Canaveral, Florida, AS menggunakan roket Falcon 9 dari Space-X pukul 08.45 WIB, Jumat, merupakan awal dari upaya "swasembada broadband".

Satelit Nusantara Satu dari PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) ini merupakan satelit broadband pertama di Indonesia dengan teknologi High Throughput Satellite (HTS). 

Teknologi tersebut memungkinkan pelayanan internet broadband dengan kapasitas hingga tiga kali lebih besar satelit konvensional.

"Secara geografis, Indonesia yang punya lebih dari 17.000 pulau, butuh akses satelit untuk menghubungkan satu pulau ke pulau lain," kata Direktur Jaringan PSN, Heru Dwi Kartono, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.

"Kami berharap dan yakin Satelit Nusantara Satu dapat membuat 25.000 desa terhubung dan 25 juta orang Indonesia dapat mengakses Internet."

Peluncuran Satelit Nusantara Satu, yang jadi toggak sejarah industri telekomunikasi Indonesia, merupakan awal dari "swasembada broadband".

Kesuksesan peluncuran satelit dengan nilai investasi awal hingga 250 juta dolar AS ini akan diikuti dengan satelit-satelit berikutnya yang sudah direncanakan.

"PSN semakin percaya diri dalam rencana peluncuran dua satelit lain. Satelit Nusantara 2 pada kuarter kedua 2020, dan Satelit Nusantara 3 pada 2022," ujar dia.

Jika satelit-satelit tersebut sudah beroperasi, kebutuhan layanan Internet masyarakat Indonesia, khususnya di pelosok, akan semakin terpenuhi.

"Kita, istilahnya, akan swasembada broadband," ujar dia.

Jika satelit itu sudah beroperasi, masyarakat dapat menikmati layanan Internet dengan kecepatan yang lebih tinggi ketimbang satelit konvensional.

Masyarakat Indonesia yang menghadapi keterbatasan data akan bisa menggali informasi di dunia maya untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Satelit Nusantara Satu memiliki kapasitas 26 transponder C-Band dan 12 transponder Extended C-Band serta 8 spotbeam Ku-Band dengan total kapasitas bandwith mencapai 15 Gigabita per second (Gbps). 

Satelit yang diproduksi Space System Loral (SSL) ini juga memiliki bobot 4.100 kilogram pada saat peluncuran dan mampu mengorbit selama lebih dari 15 tahun.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019